Foto : greeners.co/Rian
Sepeda bambu karya Singgih S. Kartono telah lebih dari 5 tahun lahir ke dunia. Kini sepeda yang diberi nama Spedagi (Sepeda Pagi) telah diproduksi massal dan dikayuh di berbagai belahan dunia.
Spedagi berawal dari kesukaan Singgih untuk bersepeda pagi hari. Profesinya sebagai desainer lantas memantiknya untuk membuat desain sepeda berbahan bambu. Inspirasinya datang dari sepeda bambu karya Craig Calfe (USA).
Singgih sadar, bahwa bambu berlimpah di Indonesia. Ia lantas mengembangkan desain pada 2013 dan menyempurnakan produksinya setahun berselang. Ia membangun produknya dengan metode kerajinan tangan.
Spedagi memiliki beberapa varian yang dihadirkan kepada masyarakat. Ada empat varian yang dipasarkan Spedagi Dwiguna (dual track), Dalanrata (roadbike), Gowesmulyo (joybike), dan Rodacilik (Minivelo). Keempatnya dipasarkan dengan harga berbeda-beda mulai dari angka Rp.3.500.000.
Poetoet Sodarjanto, ketua gerakan Bike to Work Indonesia, menyebut adanya Spedagi sebagai sebuah kebanggaan bagi Indonesia. Ia juga menambahkan sepeda ini cocok digunakan untuk segala aktivitas.
“Jadi ini produk yang membanggakan, produk lokal dan diciptakan berbahan dasar bambu. Saya pertama kali gunakan adalah akhir tahun 2016,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Om Poetoet bercerita tentang pengalamannya mudik dengan Spedagi saat momen lebaran 2017. Ia mengayuh dengan jarak 745 km, mulai dari Tangerang hingga Madiun.
Singgih S. Kartono dan Spedagi karyanya. Foto : greeners.co/rian
Kala itu, ia menggunakan Spedagi dengan frame type Pringsawelas. Dengan handlebar butterfly (pegangan tangan berbentuk kupu-kupu). Namun kemudian, Ia menilai jenis pegangan itu kurang cocok untuk Spedagi turing jarak jauh.
“Kata kawan yang dibelakang saya, seringkali nampak “geyal geyol” terutama saat memulai kayuhan dan memang bagian tangan terasa lebih berat karena menahan lebih supaya tidak geyal geyol (mungkin pengaruh lenturnya frame),” jelas Om Poetoet.
Namun terlepas dari itu. Ia menilai sepeda ini cocok digunakan untuk berbagai aktivitas. Pengguna bisa melakukan modifikasi untuk menunjang kebutuhan pribadi. “Beberapa kali race saya juga pake, ke kantor saya juga pake. Secara umum ini menggembirakan dan membanggakan,” pungkas Om Poetoet.
Spedagi tidak hanya dikayuh di Indonesia. Produk asal Temanggung ini sudah merambah ke berbagai negara seperti Jepang dan Perancis.
Singgih mengungkapkan bahwa saat ini ambisinya adalah membuat event di Belanda. Selain memperkenalkan produknya, ia ingin membawa semangat perjuangan. “Saya ingin ada 17 atau 45 sepeda bambu, karena hal itu menunjukan simbol kemerdekaan, dan bukti bahwa bangsa Indonesia bisa banyak inovasi,” terangnya.
Penghargaan untuk Spedagi datang dari berbagai pihak, tak terkecuali dari mancanegara. Tahun 2017, ia mendapatkan penghargaan Good Design Award oleh Asean- Japan Centre. Hal itu membuatnya ingin terus meningkatkan kualitas.
“Kedepan, kami akan melakukan inovasi bagaimana meningkatkan kualitas dari sisi sepeda dan sadelnya sendiri, dari segi kekakuan dan dari segi harga. Saya pingin kedepannya sepeda bambu ini dengan kualitas bagus tapi terjangkau” pungkas Singgih.
Bagi yang berminat, Spedagi buatan Singgih dapat dipesan secara online lewat laman spedagi.com. Informasi yang cukup lengkap dengan kemudahan transaksi bisa didapatkan via laman tersebut.