Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) Muhadjir Effendy mengungkap bahwa saat ini 60 persen SMK di Indonesia dikelola oleh swasta, dan 40 persen sisanya dikelola pemerintah/negeri. Sembari mengapresiasi peran swasta dalam pendidikan, Muhadjir berpesan agar pengelola SMK tidak sembarangan membuka program studi baru. Selain pertanian, perikanan, dan pariwisata, sekarang ini pemerintah mendorong SMK untuk membuka program studi terkait industri kreatif.
Pemilihan keempat program studi yang menjadi fokus pengembangan SMK tersebut, menurut Mendikbud, berdasarkan arah pembangunan ekonomi Indonesia. Empat sektor unggulan nasional tersebut diproyeksikan akan menyerap sejumlah besar tenaga kerja. Ia menyoroti besarnya potensi yang dimiliki negeri ini namun belum dimanfaatkan dengan optimal.
Selain empat sektor unggulan nasional, Direktorat Pembinaan SMK masih terus mengembangkan SMK bidang keahlian teknologi dan rekayasa, serta memperluas dan memeratakan akses melalui fasilitasi pendirian dan pengembangan SMK berbasis komunitas/pondok pesantren.
Muhadjir Effendy berharap agar SMK menjadi motor penggerak produktivitas bangsa untuk memenangkan persaingan di era globalisasi. Contohkannya, sektor pariwisata Indonesia didukung keunggulan kompetitif keindahan alam dan keragaman budaya. Sektor pariwisata masih memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam jasa pelayanan dan pengelolaan potensi wisata yang semakin beragam.
Dalam kunjungan kerja di wilayah Malang, Jawa Timur, mengunjungi beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Malang. Sekolah pertama yang dikunjungi Mendikbud adalah SMK berbasis pesantren An Nur yang terletak di Bululawang, Kabupaten Malang. "Saya pikir SMK berbasis pesantren juga bisa membuat program studi pariwisata. Saat ini kan tren wisata religi," ujarnya.
Mendikbud mengapresiasi SMK berbasis pesantren. Disampaikannya, pondok pesantren adalah salah satu contoh cara baik membentuk karakter siswa. Senada dengan Mendikbud, pemimpin pondok pesantren An Nur, K.H. Fahrurrozi, menyampaikan bahwa SMK An Nur tidak hanya mendidik dan membimbing siswa menjadi terampil, namun juga memiliki karakter yang religius dan tangguh.
Dalam kesempatan interaksi dengan para santri, Menteri Muhadjir mendorong para santri menjadi wirausahawan. "Santri-santri jangan hanya bercita-cita menjadi tenaga kerja terampil. Tapi, jadilah pemimpin perusahaan sendiri,".