seiring parahnya permasalahan lingkungan, berbagai perusahaan mulai berlomba-lomba menciptakan produk ramah lingkungan. Alat makan misalnya, mampu menjadi pilihan masyarakat untuk membantu mengurangi limbah plastik. Ada berbagai macam inovasi alat makan yang dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan. Dari yang dapat dimakan setelah digunakan, hingga yang menggunakan plastik biodegradeable.
BioFase, perusahaan asal Meksiko, membuat alat makan ‘plastik’ sekali pakai berbahan dasar biji alpukat. Senyawa molekular dari biji alpukat diesktrak hingga akhirnya didapatkan hasil akhir berupa plastik biopolimer yang dapat dicetak menjadi berbagai macam bentuk. Meski disebut plastik, bahan ini termasuk dalam kategori bioplastik yang akan terurai dengan sendirinya setelah 240 hari. Setelah sendok, garpu, pisau, hingga sedotan bioplastik ini terurai, tidak akan ada jejak plastik tertinggal yang berpotensi merusak lingkungan.
Seorang pengusaha asal Polandia, Jerzy Wysocki, adalah orang yang mencetuskan ide untuk membuat peralatan makan dari dedak gandum. Dedak gandum merupakan serbuk halus dari kulit gandum yang memiliki tingkat protein tinggi. Serbuk halus ini ditekan dengan alat khusus hingga bentuknya menjadi padat. Meski tidak sekuat peralatan makan dari jenis keramik atau plastik, namun peralatan makan dari dedak gandum terbukti mampu digunakan untuk makanan yang mengandung banyak cairan. Keunikan dari peralatan makan ini adalah, Anda dapat memakannya setelah selesai digunakan. Karena terbuat dari gandum, maka rasanya pun seperti biskuit dengan tekstur yang renyah.
David Christian, seorang pemuda asal Indonesia, tidak ketinggalan meramaikan inovasi alat makan ramah lingkungan di dunia. David menciptakan gelas ramah lingkungan yang bisa dimakan bernama Ello Jello.
Ello Jello dibuat dengan menggunakan rumput laut sebagai bahan dasar utama. Rumput laut yang digunakan diubah menjadi jelly powder tanpa menggunakan gelatin, sebelum kemudian diberi rasa manis dan dicetak menjadi gelas. Karena bahan dasarnya yang alami, gelas ini dapat terurai dengan baik apabila Anda tidak ingin memakannya.
Bila Indonesia mengeluarkan gelas edible berbahan baku rumput laut, di Jepang Anda akan menemukan sebuah gelas yang terbuat dari cumi. Gelas berbahan dasar cumi ini dikenal dengan nama Ika Glass. Bahan baku gelas ini merupakan cumi utuh yang dikeringkan dengan teknologi khusus. Karena itu Anda dapat memakannya seperti wadah edible lainnya, setelah terlebih dahulu dimasak diatas api.
Peesapaty, seorang konsultan argikultural asal India, mengembangkan sebuah sendok edible berbahan dasar beras.
Karena bahan baku pembuatannya adalah beras, gandum, dan sorgum, maka sendok ini aman untuk dikonsumsi. Sendok ini biasa digunakan untuk menyantap es krim, karena hanya dapat bertahan selama 20 menit dalam air panas. Bila tidak dimakan, maka sendok ini akan terurai dalam 4-5 hari setelah dibuang.
Perusahaan desain asal New York, The Wat We See The World, menciptakan sebuah gelas edible berbahan dasar sari tebu. Produk gelas ini dikenal dengan nama Loliware, dan memiliki tekstur yang kenyal dan lentur. Meski kenyal, gelas Loliware tidak akan terasa lengket jika dipegang dan akan terurai dengan cepat di dalam tanah.
Piring, sendok, dan garpu yang terbuat dari bambu juga bisa menjadi pilihan sebagai pengganti plastik. Selain aman untuk lingkungan, karena dapat dipakai berulang kali, peralatan makan dari bambu dapat terurai secara alami. Garis-garis kayu yang khas pada bambu pun menjadi nilai unik tersendiri yang menambah nilai seninya.