Home » Kongkow » Inspiratif » Rahmat Jabaril, Penggubah Kampung Kreatif

Rahmat Jabaril, Penggubah Kampung Kreatif

- Sabtu, 01 Juli 2017 | 11:56 WIB
Rahmat Jabaril, Penggubah Kampung Kreatif

Indonesia sebenarnya merupakan negara yang kaya. Mulai dari sumber daya alam hingga kebudayaannya. Sayang, Indonesia masih tergolong negara berkembang. 

Salah satu ciri negara berkembang, masih adanya masalah-masalah tekanan penduduk seperti tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Ditambah dengan kurangnya pemerataan penduduk, membuat ibu kota seakan penuh sesak. Bandung, ibu kota dari provinsi Jawa Barat salah satunya. Bandung menduduki urutan keempat kota berpenduduk padat sehingga dapat diartikan termasuk kota paling diminati untuk dijadikan tempat tinggal.

Orang-orangnya kreatif
Bandung memiliki banyak julukan, salah satunya adalah kota kreatif. Tentu julukan tersebut melekat untuk orang-orangnya. Saya beruntung dapat mewawancarai seseorang yang menginspirasi dan berjiwa kreatif. 

Adalah Rahmat Jabaril, pria kelahiran Bandung, 17 Agustus 1968. Usianya yang menginjak kepala empat memang sudah tak terbilang muda, tetapi hebatnya masa muda beliau diisi dengan kegiatan yang membawa pembaharuan. Rahmat adalah seorang seniman. Saat masih muda Rahmat senang berjalan kaki di Kota Bandung sembari mengamati sekeliling. 

"Dulu saya seperti preman, tapi tidak memalak, hanya tidur di jalanan tapi sambil mengamati sekitar," ujar Rahmat jujur. 

Menjadi penggagas
Hasil dari pengamatannya ia simpulkan, bahwa Bandung yang dahulu tenteram menjadi semakin padat. Daerah seperti Dipati Ukur dan Ganesha menjadi ramai kendaraan. Permasalahan penduduk seperti pengemis, anak jalanan, bahkan orang gila banyak bermunculan. 

Sumber air bersih daerah Ciroyom dan Padjadjaran tercemar. Pasar tradisional kalah saing dengan mall yang banyak bermunculan. Semakin bertambahnya jumlah kampus juga membawa permasalahan baru. 

Berbekal rasa prihatin dengan fenomena yang ada, Rahmat dan teman-teman melakukan penelitian. Diawali dengan memetakan persoalan kota dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu superblock dan kampung kota dalam konteks arsitektur. Kampung kota tak pernah lepas dari sejarah kotanya. Oleh karena itu, ia ingin menggagas kampung kreatif agar kampung yang berada di kota bisa tetap eksis dan produktif. 

Kampung kreatif
Sebagian besar penduduk di Kota Bandung, hanya menjadikan rumah sebagai tempat transit, sehingga kampung yang seharusnya dapat dijadikan tempat eksplorasi permasalahan ekonomi, pendidikan, dan budaya menjadi kurang maksimal. Sedangkan persoalan kota juga disebabkan oleh persoalan kampung. 

Rahmat melakukan pendekatan dengan aparat desa dan tokoh masyarakat yang ada dengan menerapkan konsep konstruktifisme sosial, kemudian pelan-pelan bisa masuk. Saat pertama masuk, suasana kampung sangat tidak bersahabat. 

Terdapat intoleransi antar warga, banyaknya mahasiswa yang tinggal di sana menjadi pemisah dengan pemuda asli. Melalui kreativitas jawaban permasalahan dapat teratasi, karena kreativitas merupakan satu kesatuan yang harus digali dari dalam diri. 

Kampung Kreatif Dago Pojok menjadi penuh warna dan seni dilihat dari arsitektur dan kegiatan warganya. Tembok rumah bak kanvas, dipenuhi mural yang menarik mata setiap pengunjung, selain itu jajaran guci yang dilukis menambah kemeriahan kampung. Kegiatan kesenian juga sudah menjadi keseharian warganya, seperti berlatih menari Jaipong dan memainkan Wayang Golek. Hal tersebut membantu melestarikan kebudayaan provinsi Jawa Barat dari ambang kepunahan.

Tanpa sengaja terkenal
Kampung Kteatif Dago Pojok digagas sejak tahun 2003 hingga 2009 dilakukan pemetaan permasalahan, memulai pendekatan dengan bermusyawarah pada warga, hingga pada 2011 diperkenalkan atau diluncurkan. Salah satu cara mempublikasikannya cukup sederhana. 

Seorang pemuda di kampung tersebut memproduksi kaos sablon yang desainnya berisi tulisan yang menggambarkan Kampung Kreatif Dago Pojok atau sekedar ajakan untuk berkunjung dan datang kembali. 

Namun saat saya menanyakan apakah hanya dengan cara tersebut bisa sampai mengundang wisatawan luar negeri. Rahmat pun bingung, karena rencananya baru tahun ini akan membuat website untuk kepentingan publikasi supaya menjadi lebih terkenal dan menjadi destinasi wisata. 

Ia tak menampik, kecepatan teknologi saat ini membuat kampung ini cepat terkenal. Berkat kehadirannya, kehidupan kampung menjadi lebih baik, lebih bewarna, dan lebih maju. Kampung Kreatif Dago Pojok menjadi pioner kampung kreatif yang ada di Indonesia.

Pernah dikecam
Pada masa perjuangannya untuk mengubah kampung menjadi lebih baik sebagai jalan keluar permalahan penduduk, ia pernah dikecam. Karena gagasan yang ia bawa, menjadi alasan untuk si pelaku melayangkan kecaman bahwa Rahmat penganut aliran komunisme dan bagian dari PKI. 

Tentu Rahmat tak ambil pusing karena tuduhan tersebut tidak benar. Ia percaya bahwa kebenaran akan selalu menang. Seiring berjalannya waktu
warga tersebut sadar bahwa perubahan yang dibawanya berdampak positif.

Cari Artikel Lainnya