Kedatangan Bangsa Barat ke daerah Nusantara memiliki tujuan untuk menguasai perdagangan serta memonopoli rempah-rempah. Hal ini juga memengaruhi adanya berbagai penaklukan yang dilancarkan satu sama lain.
Salah satu perlawanan datang dari Aceh yang berperang melawan Portugis dan VOC. Seperti apa jalannya peperangan antaran Aceh versus Portugis dan VOC?
Dilansir dari Sejarah Indonesia Modern (2005) MC Ricklefs, pada masa tahun 1500-1600 terjadi persaingan bandar perdagangan antara Aceh, Johor dan Malaka yang dikuasai oleh Portugis.
Baca juga: Kekuasaan Kongsi Dagang VOC Masa Kolonialisme dan Imperialisme
Aceh dipimpin oleh seorang pemimpin yang tangguh bernama Sultan Iskandar Muda. Di masa pemerintahannya ia berhasil menakhlukan berbagai wilayah seperti di Aru dan di Johon hingga menyebabkan Aceh menjadi negara yang terkuat di Nusantara bagian barat.
Penyerangan di Malaka
Pada tahun 1511 Bangsa Portugis dibawah kepemimpinan Alfonso de Albuquerque berhasil menguasai Malaka yang merupakan salah satu pusat rempah-rempah dan perdagangan.
Namun setelah Portugis Berhasil menguasai Malaka banyak pedagang dari berbagai daerah menghindari Malaka, yang membuat peran Malaka merosot. Saat itu sebagian pedagang dari daerah-daerah Asia berpindah ke Aceh.
Hingga akhirnya Portugis menganggap Aceh merupakan ancaman terhadap posisi Malaka. Sehingga pada tahun 1523 Portugis melakukan penyerangan terhadap Aceh. Penyerangan yang dilakukan Portugis terhadap Aceh akhirnya menimbulkan permusuhan antara Aceh dan Portugis.
Buntut dari permusuhan ini akhirnya menimbulkan perlawanan bangsa Aceh kepada bangsa Portugis. Adapun penyebab Kesultanan Aceh melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis di Malaka, antara lain :
Hingga pada tahun 1568 Aceh melakukan penyerangan terhadap bangsa Portugis di Malaka, namun penyerangan ini mengalami kegagalan. Aksi penyerang Aceh akhirnya dibalas oleh Bangsa Portugis pada tahun 1569 namun aksi penyerangan ini akhirnya berhasil digagalkan oleh Aceh.
Baca juga: Penjajahan Pemerintah Belanda | Masa kolonialisme dan Imperialisme
Pada tahun 1629 Aceh kembali melakukan serangan besar-besaran terhadap bangsa Portugis dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Aceh menyerang Portugis dengan membawa 19.000 Prajurit dengan sejumlah kapal. Namun serangan yang dilakukan Aceh ini berakhir dengan kekalahan dipihak Aceh.
Karena peristiwa tersebut, akhirnya Aceh tidak ingin menyerang Malaka. Di samping itu Aceh tidak bisa menjadi kerajaan besar karena adanya intrik-intrik yang dijalankan di dalam istananya sendiri.
Baik yang berada di dalam kekuasaan elit maupun di daerah, hingga sepeninggal Sultan Iskandar Muda, Johor akhirnya berhasil menegakan pengaruhnya kembali di Semenanjung Malaya dan kawasan bagian Selatan.
Johor bekerjasama dengan VOC untuk menguasai Malaka. Pada tahun 1551. Johor dengan berani menguasai Malaka dan munculah persekutuan Johor-VOC yang melawan kedudukan Portugis di Nusantara, hingga pada tahun 1641, VOC berhasil menduduki Malaka.