Beberapa tahun terakhir ini dunia pendakian gunung mengalami peningkatan drastis. Tidak dipungkiri, dampak film 5cm yang menceritakan perjuangan persahabatan dalam menaklukan gunung semeru, membuat banyak anak muda yang merasa tertantang dan tertarik untuk melakukan pendakian. Atau kamu salah satu pendaki yang termotivasi dari film tersebut?
Selain termotivasi dari film 5cm, adanya media sosial sebagai ladang narsis menjadikan alasan lain mereka melakukan pendakian. Nah semakin banyaknya mereka yang mengaku menjadi seorang pendaki, menjadikannya penggolongan macam-macam jenis seorang pendaki, dari pendaki sejati maupun hanya tukang selfie yang ngaku jadi pendaki. Mau tahu perbedaannya apa saja?
Para pendaki yang sebenarnya hanya tukang selfie dan butuh tempat indah, mereka ketika melakukan pendakian motivasi terbesarnya ialah turun gunung dengan beberapa foto terbaik diatas awan nanti.
Apapun akan ia lakukan, bahkan harus membahayakan nyawa juga tak masalah bagi mereka. Rambu-rambu keamanan pendakian pun dilanggarnya. Sehingga tidak heran kalau sekarang banyak kasus pendaki mengalami kecelakaan diatas gunung karena keasyikan berfoto ria. Mungkin kita masih ingat kejadian yang menimpa Eri Yunanto, pendaki yang terjatuh ke kawah Merapi setelah melakukan foto diatas Puncak Garuda Gunung Merapi.
Berbeda dengan otivasi pendaki selfie, mereka yang benar-benar pendaki sejati memikul motivasi mendaki ialah mencoba belajar dari alam, mendekatkan diri dengan alam, menikmati alam dengan segala ketenangannya, dan mensyukuri keindahan alam sebagai karunia Tuhan.
Jika motivasinya berbeda, apa yang mereka lakukan diatas gunung akan berbeda. Mereka yang termotivasi naik gunung karena selfie akan melakukan hal-hal yang bisa mendapatkan tujuannya. Biasanya mereka membawa kertas bertuliskan “kawan kapan kita kesini bareng” atau “dapat salam dari atas merapi 2.930 Mdpl” ada yang lebih alay,”jangan di rumah aja sayang, kapan kita mendaki bareng?”
Bulan Mei sampai bulan September konon menjadi waktu yang tepat untuk melakukan pendakian. Pada bulan ini juga beberapa Gunung akan lebih ramai dikunjungi para pendaki, namun sayangnya pada bulan-bulan tersebut juga sampah di Gunung semakin berserakan. Pada bulan September 2016 lalu netizen dibuat geram dengan beredarnya foto keindahan Gunung Rinjani yang dikotori dengan sampah.
Banyaknya sampah yang berserakan di Gunung Rinjani bukan lain ialah ulah mereka yang mengaku sebagai pendaki sejati tapi nyatanya tidak bisa menjaga kelestarian alam Gunung. Sebagai pendaki sejati kebersihan gunung, dan kelestarian alam merupakan tanggung jawab utamanya, agar keindahan Gunung bisa dinikmati sampai anak cucu kita.
Untuk mereka pendaki yang sejati, tujuan mendaki ialah menikmati alam dengan segala ketenangannya, mensyukuri keindahan alam dan menyadarkan kita untuk merawatnya. Untuk bisa menikmati alam, para pendaki biasanya tidak melakukan pendakian dengan banyak orang, sebab semakin banyak orang yang ikut mendaki, maka semakin tidak maksimal menikmati ketenangan alam.
Berbeda dengan mereka yang mendaki untuk tujuan selfie, biasanya mereka melakukan pendakian dengan banyak orang yang diikutkan. Maklum mereka ingin narsis bersama, setelah mereka asyik berfoto ria, tidak lupa juga menguploadnya ke media sosial dan menandai beberapa teman yang lainnya.
Itulah beberapa perbedaan antara pendaki sejati dan mereka si tukang selfie yang sedang mencari spot terbaik untuk berfoto diri. Mungkin kamu juga bisa menambahkan perbedaan apa lagi yang ada diantara dua jenis pendaki Gunung ini?