Ilustrasi hewan kalong Pixabay
Para ilmuwan menemukan bahwa kelelawar buah Asia Tenggara yang terancam punah - yang biasa dikenal dengan kalong (Pteropus hypomelanus) - memainkan peran penting dalam penyerbukan pohon durian (Durio zibethinus).
Spesialis kalong Dr Sheema Abdul Aziz mengatakan bahwa penelitian timnya menunjukkan bahwa kelelawar buah raksasa, yang dikenal sebagai "kalong" dalam bahasa Indonesia, adalah penyerbuk utama pohon durian.
Sayangnya, kalong umumnya terbunuh sebagai hama karena ada persepsi bahwa bentuknya yang besar-spesies yang paling besar dari spesies kelelawar-merusak pohon yang menghasilkan "raja buah-buahan" tersebut.
Dengan bantuan sekelompok ahli pendaki dari organisasi Tree Climbers Malaysia, Sheema dan rekan-rekannya memasang 19 kamera tersembunyi di empat pohon durian "semi-liar".
Dengan menggunakan kamera tersembunyi, peneliti mengumpulkan bukti video yang menunjukkan kalong menyerbuki bunga durian, sehingga menghasilkan buah durian yang sehat.
Rekaman video diambil di Pulau Tioman, Malaysia, oleh tim yang dipimpin oleh Dr Sheema sebagai bagian dari gelar PhD-nya di Museum National d'Histoire Naturelle, Prancis, bekerja sama dengan University of Nottingham Malaysia Campus.
Peta Pulau Tioman, Semenanjung Malaysia, dan dua desa dimana kalong (Pteropus hypomelanus) dapat ditemukan secara permanen Ecology and Evolution
"Ini adalah temuan yang sangat penting karena membuka wawasan pada layanan ekosistem penting yang diberikan oleh kalong," kata Dr Sheema.
"Sebelumnya diketahui bahwa kelelawar pemakan nektar yang lebih kecil adalah penyerbuk untuk durian, tetapi banyak orang percaya bahwa kalong berukuran terlalu besar dan merusak untuk memainkan peran seperti itu."
"Studi kami menunjukkan kebalikannya: bahwa kelelawar buah raksasa ini sebenarnya sangat efektif dalam menyerbuki pohon durian," tambahnya.
Sheema menjelaskan, kalong tidak memakan bunga durian, tetapi hanya minum nektar dengan menjilati bunga tersebut.
"Serbuk sari dari bunga menempel pada bulu mereka saat mereka memakan nektar dan serbuk sari dipindahkan dan diserbuki silang saat kalong bergerak untuk makan di pohon lain," ujarnya.
Dia juga mencatat bahwa penyerbukan silang, proses pengalihan serbuk sari dari antera tanaman bunga ke stigma bunga tanaman lain dari spesies yang sama, sangat penting untuk menghasilkan buah yang sehat.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa pohon durian telah berevolusi agar sangat cocok untuk penyerbukan oleh kelelawar. Membuat hewan ini menjadi penyerbuk utama dan paling efektif untuk pohon durian.
Buah durian tropis, dengan kulit berduri dan bau khasnya, menjadi komoditas penting di seluruh Malaysia dan Thailand. Ikon Asia Tenggara yang juga banyak tumbuh di Indonesia ini merupakan industri yang menguntungkan, menghasilkan jutaan dolar AS untuk perdagangan lokal dan internasional.
Menurut International Tropical Fruits Network, Malaysia meraup 17 juta USD (Rp230 miliar) dari kegiatan ekspor 20.000 ton durian ke Tiongkok pada tahun 2015.
"Industri durian 'berutang besar' kepada kelelawar ini," kata Dr Sheema.
Oleh karena itu penurunan populasi kalong bisa menyebabkan produksi durian yang lebih sedikit atau kurang berkualitas.
Daftar Merah IUCN mencantumkan subjek penelitian ini, Pteropus hypomelanus, sebagai spesies yang kurang memprihatinkan. Tapi peruntukan yang luas itu tidak menceritakan keseluruhan cerita, kata Sheema.
"Ini berdasarkan data global, karena spesies kalong ini banyak didistribusikan," katanya. "Daftar ini tidak mencerminkan situasi di Malaysia di mana kalong berada dalam situasi yang jauh lebih genting."
Kalong sendiri ini sudah tergolong "terancam punah" di Daftar Merah Nasional Malaysia.
Kelelawar buah besar dari genus Pteropus sangat terancam oleh perburuan dan penggundulan hutan. Mereka sering dijual dan dimakan sebagai daging eksotis karena kepercayaan yang tidak berdasar; bahwa mengonsumsinya dapat membantu penyembuhan penyakit asma dan masalah pernapasan lainnya.
Mereka juga dianiaya dan dibunuh sebagai hama pertanian, karena beberapa orang mengklaim bahwa kelelawar tersebut menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomi dengan memakan buah yang dibudidayakan.
Akibatnya, faktor-faktor ini telah menyebabkan penurunan populasi kalong yang parah di seluruh dunia.
"Jika kalong diburu sampai punah, tidak sulit untuk melihat bahwa ada kemungkinan pukulan serius bagi raja buah yang dikasihi," kata Dr Sheema, yang juga presiden organisasi konservasi satwa liar Rimba.
"Di daerah Thailand di mana kelelawar tidak ada, petani durian secara manual menyerbuki pohon durian dengan tangan," katanya. "Ini adalah pekerjaan yang mahal dan berbahaya".
Dia menambahkan bahwa di daerah yang tidak terdapat kalong, kelelawar nektar goa (Eonycteris spelaea) adalah penyerbuk utama pohon durian. Namun kelelawar kecil ini juga terancam oleh penggalian batu karst kapur untuk industri semen dan marmer.
Tim peneliti telah melaporkan temuan mereka secara daring pada bulan September di jurnal Ecology and Evolution.