Home » Materi » Kesehatan » Penyakit Autoimun, Jenis dan Faktor Risikonya

Penyakit Autoimun, Jenis dan Faktor Risikonya

- Jumat, 26 November 2021 | 09:00 WIB
Penyakit Autoimun, Jenis dan Faktor Risikonya

Penyakit autoimun adalah penyakit yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, dan saat ini belum ada obat yang tepat. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Padahal, sistem kekebalan tubuh seharusnya menjadi benteng bagi tubuh dalam melawan penyakit dan zat asing, seperti bakteri dan virus.

Penyakit kelainan kekebalan tubuh ini bisa berdampak kepada banyak sekali bagian tubuh seseorang. Saking banyaknya, tercatat ada 80 jenis penyakit autoimun dengan sebagian gejala yang sama.

Hal ini membuat seseorang sulit diketahui apakah menderita gangguan ini atau tidak, dan pada jenis yang mana. Sementara, penyebab dari penyakit autoimun juga masih belum dapat dipastikan.

Baca juga: Macam-macam Penyakit yang Diakibatkan Kekurangan Protein

Penyakit Autoimun yang Paling Sering Ditemui

Dari sekian banyaknya jenis penyakit autoimun, beberapa penyakit autoimun di bawah ini merupakan yang paling sering sekali ditemui:

1. Rheumatoid arthritis

Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang sering ditemui. Sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi yang menyerang pelapis sendi.

Akibat dari serangan antibodi ini adalah peradangan, pembengkakan, dan nyeri pada sendi. Reaksi radang yang parah juga bisa menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh lain, seperti kulit, mata, dan paru-paru.

Jika tidak diobati, penyakit ini akan menyebabkan kerusakan permanen pada sendi. Untuk mencegahnya, penderita rheumatoid arthritis biasanya akan diberikan obat minum atau suntik yang berfungsi mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh.

2. Lupus

Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau lupus menyebabkan terbentuknya antibodi yang bisa menyerang hampir seluruh jaringan tubuh penderitanya.

Beberapa bagian tubuh yang paling sering diserang adalah sendi, paru-paru, ginjal, kulit, jaringan penyambung tubuh, pembuluh darah, sumsum tulang, dan jaringan saraf.

Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan lupus. Pengobatan lupus umumnya bertujuan untuk menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga mengurangi peradangan dan mencegah kerusakan organ lebih lanjut.

Baca juga: Penyebab Penyakit Kelainan Pada Darah (Hemofilia)

3. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 biasanya akan terdiagnosis sejak usia kanak-kanak atau dewasa muda. Penyakit ini disebabkan oleh serangan sistem kekebalan tubuh pada sel-sel pankreas yang memiliki tugas memproduksi insulin.

Hal ini menyebabkan terganggunya produksi insulin sehingga tubuh tidak mampu mengontrol kadar gula darah. Jika tidak dihentikan, hal ini berisiko menimbulkan kerusakan pada ginjal, mata, otak, jantung, atau pembuluh darah.

Untuk penanganannya, penderita diabetes tipe-1 akan diberikan suntikan insulin. Selain itu, penderita juga wajib melakukan pemantauan kadar gula darah, menerapkan pola makan yang sehat, dan olahraga teratur.

4. Multiple sclerosis (MS)

Pada saat sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-sel saraf sendiri, beberapa gejala yang mengerikan berisiko muncul sebagai akibatnya. Kondisi ini biasa disebut dengan multiple sclerosis alias MS.

Beberapa gejala yang bisa timbul adalah nyeri, kebutaan, gangguan koordinasi tubuh, dan spasme otot. Gejala lainnya yang mungkin timbul adalah tremor, mati rasa di area tungkai, kelumpuhan, susah bicara, atau susah berjalan.

Untuk mengobatinya, obat-obatan tertentu bisa digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh.  Fisioterapi dan terapi okupasi dapat dilakukan untuk membantu pasien MS melakukan kegiatan sehari-hari.

Baca juga: Gejala dan Penyebab Penyakit Nefritis

5. Penyakit Graves

Penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid menjadi terlalu aktif. Orang yang menderita penyakit ini kemungkinan akan mengalami beragam gejala yang bisa mengganggu kegiatan sehari-hari.

Kesulitan tidur, mudah tersulut emosi, berat badan turun tanpa sebab, dan mata menonjol adalah sebagian gejalanya. Gejala lain yang mungkin timbul adalah leher bengkak, terlalu sensitive pada hawa panas, otot lemah, atau tremor.

Untuk mengobati penyakit Graves, penderita kemungkinan akan diberikan pil radioaktif iodium. Pil ini digunakan untuk membunuh sel-sel kelenjar tiroid yang terlalu aktif.

Pasien dapat juga diberikan obat anti-tiroid, obat hipertensi golongan beta blocker, dan kortikosteroid. Beberapa kasus penyakit Graves perlu ditangani dengan prosedur pembedahan.

6. Psoriasis

Psoriasis adalah kondisi terlalu aktifnya sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan kulit mengalami produksi lebih cepat. Kondisi ini disebabkan oleh salah satu sel darah dalam sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, yaitu sel-T.

Berkumpulnya sel-T di kulit merangsang kulit untuk tumbuh lebih cepat dari seharusnya. Gejala utama psoriasis adalah munculnya bercak di kulit yang bersisik dan pengelupasan kulit yang meninggalkan lapisan berwarna putih mengkilap.

Untuk menanganinya, dokter akan memberikan obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, serta terapi cahaya.

Faktor Risiko Penyakit Autoimun

Sejauh ini, penyebab penyakit autoimun masih belum diketahui. Meski demikian, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang lebih berisiko menderita penyakit autoimun, yaitu:

  • Keturunan
    Faktor risiko utama dari penyakit autoimun adalah faktor genetik atau keturunan. Meski demikian, faktor ini bukan satu-satunya yang bisa memicu reaksi kekebalan tubuh untuk menyerang sel tubuh yang sehat.
  • Lingkungan
    Faktor lingkungan turut berpengaruh dalam memicu penyakit autoimun. Faktor lingkungan mencakup paparan zat kimia beracun, seperti asbes, merkuri, asap rokok, serta pola makan yang kurang sehat.
  • Perubahan hormon
    Beberapa penyakit autoimun sering kali menyerang perempuan pascamelahirkan. Hal ini menyebabkan hadirnya sebuah asumsi bahwa penyakit autoimun terkait dengan perubahan hormon, misalnya saat hamil, melahirkan, atau menopause.
  • Infeksi
    Beberapa penyakit autoimun sering dikaitkan dengan infeksi. Hal ini wajar karena sebagian gejala penyakit autoimun diperburuk oleh infeksi tertentu.

 

Cari Artikel Lainnya