Photo Credit: Pexels
Tidak sedikit petani di Indonesia yang masih menerapkan sistem monokultur atau pertanaman tunggal. Sistem tersebut merupakan pertanian dengan menanam tanaman sejenis sepanjang tahun. Banyak petani yang sawah atau lahan pertaniannya hanya ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Sistem ini sebaiknya dihindari karena dalam bertani, pola rotasi tanam sangat penting. Apa saja pentingnya pola rotasi tanam dalam bertani tersebut? Berikut informasinya!
Mengurangi intensitas serangan hama
Pentingnya pola rotasi tanam dalam bertani yang pertama adalah untuk mengurangi intensitas serangan hama. Rotasi tanaman merupakan salah satu cara untuk mengendalikan hama dan penyakit, karena langkah ini membuat hama tidak mempunyai inang tetap. Dengan menerapkan rotasi tanam yang tepat, siklus hama dan penyakit yang disebabkan oleh sistem monokultur dapat diputus. Membuat lahan pertanian lebih baik dan subur.
Mencegah kerusakan tanah
Tidak hanya membuat hama bisa berkembang biak lebih besar, sistem monokultur juga dapat merusak tanah. Mengapa? Karena dalam pertanian satu komoditi, produk pupuk maupun pestisida yang digunakan umumnya tidak beragam. Hal tersebut menyebabkan kesuburan tanah berkurang, dipicu oleh pengerasan struktur permukaan tanah. Pengerasan tersebut membuat vegerasi organisme yang bersimbiosis dengan tanaman dan kemampuan infiltrasi tanah hilang.
Membentuk ekositem mikro yang stabil
Terbentuknya ekosistem mikro yang stabil juga menjamin kesuksesan proses pertanian. Manfaat ini bisa dirasakan dengan salah satu cara yakni membudidayakan tanaman kacang-kacangan (leguminose) sebagai sumber pupuk nitrogen sebelum melakukan penanaman jagung. Rotasi dua jenis tanaman ini baik dicoba karena akar tanaman kacangan-kacangan memiliki sejumlah bintil berisi bakteri yang dapat menambat nitrogen udara, membuat nitrogen tanah yang sudah diserap tanaman dapat diganti sehingga membantu pembentukan ekosistem mikro yang stabil.
Meningkatkan kesuburan tanah
Jika petani hanya menanam satu jenis tanaman saja sepanjang tahun, mada ada sejumlah aktivitas yang mutlak diperlukan. Mulai dari aktivitas kultivasi (pengolahan) lahan pertanian menggunakan mesin berat, proses pembalikan tanah ketika dibajak, dan penggunaan bahan kimia sintesis. Akibatnya, setelah panen tanah pertanian akan menjadi kering dan mengeras, disebabkan oleh terjadinya penguapan air dan proses penggaraman akibat penggunaan pupuk kimia sintetis.
Untuk meningkatkan kesuburan tanah itulah pola rotasi tanam perlu dilakukan. Tanaman memiliki sifat berbeda, ada yang rakus hara dan justru memberikan ketersediaan hara. Contoh pola rotasi tanam yang baik adalah menanam umbi-umbian yang rakus hara pada musim pertama. Kemudian dilanjutnya dengan menanam polong-polongan yang memberikan unsur hara. Setelahnya baru menanam tanaman sayuran buah dan sayuran daun. Pola rotasi tanam ini dapat memberikan manfaat berupa penstabil ekosistem makro yang dibutuhkan oleh tanah pertanian.
Membantu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar
Dengan dilakukannya rotasi tanaman, petani dapat memproduksi beragam komoditas dalam satu lahan pertanian. Untuk memperoleh manfaat ini, petani hanya perlu mengetahui permintaan pasar dan melakukan penyesuaian terhadap pola tanam di lahan. Hasil tanam tersebut selanjutnya bisa dijual ke pasar secara terus-menerus yang memang membutuhkannya. Di Indonesia sendiri, ada tiga kategori jenis tanaman pertanan yang paling umum dibudidayakan, yakni:
Tanaman yang dipanen buahnya. Di antaranya seperti semangka, cabai, jagung, dan padi.
Tanaman yang dipanen daunya. Seperti sawi, bayam, brokoli, selada, dan seledri.
Tanaman yang dipanen akarnya. Seperti lokal, wortel, bawang, kentang, dan ketela.
Ketiga kategori tanaman yang disebutkan di atas adalah tanaman utama. Agar kebutuhan nutrisi tanaman tersebut dapat terpenuhi, diperlukan penanaman leguminosa yang dapat menjaga kesuburan tanah.
Nah, itulah pentingnya pola rotasi tanam dalam bertani. Dengan melakukan pola rotasi tanam yang tepat, kesuburan lahan pertanian pun dapat dipertahankan. Semoga bermanfaat!