Home » Kongkow » Religi Islam » Para Profesor Peluk Islam

Para Profesor Peluk Islam

- Senin, 29 Mei 2017 | 16:00 WIB
Para Profesor Peluk Islam

Selama ini, banyak yang menganggap sains dan agama tidak pernah bisa bertemu. Masing-masing punya pendekatan sendiri dalam menemukan kebenaran.
Banyak yang tidak menyadari ajaran-ajaran islam sesuai dengan segala zaman. Bahkan Islam dapat menjadi jawaban atas segala pertanyaan yang kerap muncul di benak manusia.


Tidak sedikit mereka yang bergelar akademis tinggi terpukau dengan Islam. Mereka menilai ajaran Islam sesuai dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak para akademisi yang akhirnya memutuskan memeluk Islam. Mereka terkesima dengan Alquran yang memberikan jawaban atas segala persoalan.
Berikut para profesor dan akademisi yang memutuskan menjadi Mualaf:

1. Jeffrey Lang

Jeffrey Lang merupakan pakar matematika Universitas Kansas, Amerika Serikat. Sejak kecil, dia dikenal kritis, termasuk mengenai urusan agama asalnya. Daya kritis Lang sejalan dengan generasi muda AS tahun 60-an dan awal 70-an yang selalu mempertanyakan nilai-nilai di masyarakat.
Sempat muncul sejumlah pertanyaan dalam pikiran Lang. Beberapa di antaranya seperti; Jika ada Tuhan dan dia adalah penyayang dan penuh kasih, maka mengapa ada penderitaan di muka bumi ini? Mengapa Dia tidak membawa kita ke surga-Nya saja?

Mengapa dia menciptakan manusia hanya untuk menderita.
Perkenalan Lang dengen  Islam  terjadi ketika dia menjadi dosen muda matematika Universitas San Fransisco. Kala itu, dia bertemu dengan mahasiswa Muslim asal Arab Saudi, Mahmoud Qandeel dan menjalin pertemanan. Qandeel lantas memberikan Alquran terjemahan kepada Lang.
Lang kerap membaca Alquran itu di ruang sholat yang dikelola komunitas mahasiswa Muslim. Lang merasakan ketakjuban ketika membaca surat Al Fatihah dan Al Baqarah.
Lang pun akhirnya menemukan kesesuaian antara ayat-ayat Alquran dengan sains, terutama matematika. Hal itulah yang akhirnya mengantarkan dia memeluk Islam.


2 .James D Frankel


James D Frankel merupakan profesor bidang Perbandingan Agama pada University of Hawaii. Sejak kecil, James dibesarkan di lingkungan Yahudi sekuler, namun memutuskan menjadi komunis di usia 13 tahun usai membaca buku Karl Marx.

James mengenal Islam berkat temannya, Mansour, yang berasal dari Pakistan. Mansour memberinya Alquran dan meminta James membacanya.

James sebenarnya tidak percaya tentang surga dan negara. Tetapi, karena menghormati Mansour, dia menerima Alquran itu dan menyimpannya di rak buku rumahnya.

Dia sempat dilanda kegelisahan hidup usai neneknya meninggal. Dia pun mencoba mencari jawaban tentang kegelisahannya kepada para pemuka agama. Tetapi, jawaban yang dia dapat justru terdapat dalam Alquran.

Pada Januari 1990, James bertemu dengan teman-teman SMA untuk reuni. Mereka berkumpul sambil membicarakan kegiatan masing-masing.

Kemudian, seorang teman bertanya pada James tentang keyakinannya. James menjawab bahwa dia sekarang telah percaya Tuhan. Selama ini, teman-teman James tahu bahwa dia adalah seorang komunis.

Teman James itu kemudian menanyakan Tuhan yang mana. James menjawab hanya ada satu Tuhan di dunia ini. James menjelaskan bahwa di dalam Alquran yang dipelajarinya disebutkan bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Mendengar penuturan itu, Mansour langsung memberitahu bahwa James telah menjadi Muslim.

Awalnya James tertawa karena dia menganggap Mansour lah yang muslim sedangkan dia hanya orang yang percaya pada satu Tuhan.Namun James diberitahu jika sudah mengakui tidak ada yang patut disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya berarti dia muslim. James pun kaget.

3. Leopold Werner von Ehrenfels/Baron Omar Rolf von Ehrenfels
 
Tuhan memberi petunjuk kepada manusia dengan berbagai cara. Melalui ujian, kebahagiaan, hingga ilmu pengetahuan. Karena petunjuk itu, seseorang menjadi mengenal Tuhan dan memutuskan untuk masuk Islam.

Seperti yang dialami oleh Profesor Leopold Werner von Ehrenfels. Ahli sistim syaraf ini memutuskan untuk masuk Islam setelah tahu bagaimana dahsyatnya manfaat berwudu bagi syaraf manusia.

Menurut dia, pusat-pusat syaraf itu sangatlah peka terhadap rangsangan dari air segar. Dari sinilah ia menemukan sebuah hikmah atau manfaat dari wudu, bahkan ia menyerukan agar wudu juga dilakukan oleh umat non-muslim.

Setelah mengetahui hikmah wudu ini, akhirnya Prof. Leopold Werner von Ehrenfels memutuskan untuk mengubah agamanya menjadi Islam dan mengganti namanya menjadi Baron Omar Rolf von Ehrenfels.

4. Yusuf Burke

Yusuf Burke, seorang insinyur Amerika Serikat (AS) memutuskan memeluk Islam setelah selama hidupnya dibesarkan sebagai non-muslim. Indonesia memegang peran penting dalam prosesnya menjadi seorang mualaf.

Mengutip laman onislam, Senin, 19 Oktober 2015, Yusuf merupakan warga AS yang tinggal di jantung ekonomi Negeri Paman Sam, New York. Sepanjang hidupnya, Yusuf mengenyam pendidikan di sekolah khusus Katolik dari sekolah dasar sampai universitas.

Perkenalannya dengan Islam sebetulnya sudah dimulai saat belajar di universitas. Namun pengetahuan tentang Islam kala itu hanya menyentuh bagian dasarnya.Memiliki Ayah yang sering bekerja ke Malaysia, Yusuf mulai banyak bergaul dengan orang muslim. Selama di Malaysia, Yusuf tak heran dengan kebiasaan muslim melaksanakan salat sebanyak lima kali dalam sehari. Tetapi, dia mengaku tidak terlalu banyak mengerti tentang Islam sampai dia tinggal di Indonesia.

Tugas dari kantornya, General Electric (GE) membawa Yusuf ke tanah Nusantara. Sebagai tim energi GE, Yusuf ditugaskan untuk mengembangkan brbagai proyek energi dan pembangunan pembangkit listrik.

Mulai menetap di Indonesia sejak 1994, Yusuf perlahan-lahan mulai banyak berkenalan dengan warga muslim. Baginya, penduduk muslim Indonesia sangat menyenangkan, bersahabat, berpikiran terbuka, dan mau bertegur sapa meski secara memiliki perbedaan latar belakang.

Pergaulannya ini membuat Yusuf mulai mempelajari Islam. Hingga pada 1994, Yusuf memutuskan untuk menjadi mualaf.

Yusuf merasa Islam merupaan agama yang paling rasional. Yusuf semain jatuh cinta dengan Islam ketika sering berdiskusi dengan teman muslimnya dan merasakan persaudaraan diantara mereka.

Hatinya semakin mantap dan yakin untuk memeluk Islam saat dia bertualang ke Australia dan Malaysia. Disana, Yusuf mulai serius menggali pengetahuan tentang Islam.

Cari Artikel Lainnya