Seperti yang mungkin kamu ketahui, dari awal bulan Maret 2020 hingga tanggal 29 Mei 2020 pemerintah telah mencanangkan masa tanggap darurat Covid-19 di mana banyak hal dilakukan di dalamnya mulai dari sekolah dan kerja di rumah hingga adanya PSBB. Namun, jika dilihat ternyata hingga saat ini kasus Corona belum menunjukkan penurunan. Pun virus ini tak hanya menyerang orang dewasa saja, namun juga anak-anak Dilansir dari pernyataan IDAI melalui surat edarannya, ternyata jika ada yang menyatakan bahwa anak-anak tidak rentan terhadap virus ini, pernyataan tersebut dikatakan kurang tepat. Hal ini didukung dengan penemuan serta deteksi kasus yang dilakukan dengan mandiri. Kita simak yuk hasil temuan dan sikap IDAI selengkapnya yuk!
Masih dilansir dari pernyataan IDAI yang melakukan upaya deteksi kasus pada anak secara mandiri, pada tanggal 18 Mei 2020 ditemukan bahwa pasien dalam pengawasan (PDP) anak-anak ada sebanyak 3.324 orang, PDP yang berstatus meninggal sebanyak 129 anak, 584 anak positif terkena Covid-19, dan 14 anak positif meninggal karena Covid-19. Data tersebut yang menentang anggapan bahwa orang tua yang berumur lebih dari 45 tahunlah yang rentan, sedangkan anak-anak tidak rentan terkena virus ini.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berencana membuka kembali sekolah pada bulan Juli 2020 sebagai mulainya tahun ajaran baru 2020/2021. Dinas Pendidikan DKI Jakarta bahkan menyatakan bahwa rencananya sekolah akan dibuka kembali tangal 13 Juli 2020. Namun aturan kembali ke sekolah ini diberlakukan untuk daerah yang sudah dinyatakan bebas virus Corona oleh Satgas Covid-19 dan Kementrian Kesehatan.
Kepala Dinas Pedidikan Jakarta, Nahdiana menyatakan bahwa ada 3 skema belajar yang sudah disiapkan oleh Kemdikbud yaitu sebagian sekolah dibuka dengan semua siswa belajar di sekolah. Kedua, sebagian sekolah dibuka dengan sebagian siswa belajar di sekolah, dan terakhir semua sekolah dibuka namun sebagian siswa saja yang belajar di sekolah. Pun jika sekolah dibuka maka protokol kesehatan harus dijalankan.
Melalui surat edarannya, IDAI menyatakan bahwa tatanan kehidupan normal baru harus disesuaikan dengan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak dan kesehatan anak, bukan sebaliknya. Mereka juga menegaskan bahwa kegiatan anak usia dini sebaiknya dilakukan di rumah dalam bentuk stimulasi berbagai ranah perkembangan. Pun pembelajaran anak usia sekolah juga sebaikanya dilakukan jarak jauh agar bisa menghindari transmisi yang sangat mungkin terjadi karena adanya kerumunan. Upaya pengembangan materi yang dilakukan pemerintahan juga sebaiknya dilanjutkan karena adanya kemungkinan bulan Juli wabah belum teratasi dengan baik.
Mungkin banyak yang masih bingung perihal imunisasi di masa pandemi padahal sebenarnya hal ini masih tetap harus dilakukan. IDAI bahkan mendesak agar imunisasi harus diberikan semua anak secara terus menerus, namun daerah yang terkena Covid-19 juga perlu menerapkan aturan tertentu. Untuk anak terutama bayi yang masih sangat muda dan imunisasinya tertunda maka diharapkan untuk mengikuti imunisasi kejar. Kesehatan dengan nutrisi seimbang istirahat yang cukup, serta beraktivitas sesuai usia juga tetap perlu dilakukan.
Selain mendapat desakan dari IDAI, ketua IGI yang bernama Ramli Rahim juga memberikan tanggapan bahwa sebaiknya sekolah diundur hingga tahun 2021 agar semua persiapannya lebih matang. Pun IGI juga berharap agar kompetensi guru dapat ditingkatkan untuk pembelajaran online yang lebih maksimal. Pasalnya selama ini ternyata murid dan guru masih mengalami berbagai kendala baik dari segi materi maupun media dan aplikasi. Pentingnya mempertimbangkan ulang untuk kembali membuka sekolah adalah karena transmisi yang sulit untuk dihindari, belum lagi biasanya anak-anak masih belum begitu sadar walaupun protokol sudah dibuat. ‘New normal’ yang akan berlaku pun juga sebaiknya tetap dilakukan dengan disiplin oleh semua pihak dengan pembatasan kontak fisik dan sebisa mungkin melakukan hal-hal tertentu di rumah jika masih memungkinkan.