Bepergian dengan menggunakan pesawat sudah bukan sesuatu yang langka lagi. Selain karena kebutuhan mobilitas manusia semakin tinggi, hal itu juga semakin didukung oleh maraknya promo tiket pesawat murah. Maskapai penerbangan seolah terus berlomba-lomba merebut hati pelanggan dengan menawarkan tiket pesawat yang ramah di kantong. Tren liburan otomatis jadi makin populer, seiring dengan konten-konten liburan yang marak di media sosial.
Namun sadarkah kalian kalau hobi jalan-jalan itu ternyata turut andil memperburuk kondisi lingkungan? Banyak hal yang dilakukan saat liburan ternyata membahayakan bumi. Maka dari itu saat ini di kalangan traveler atau SJW lingkungan dikenal adanya konsep ‘sustainable travel‘, sebuah gaya liburan yang “ramah lingkungan”. Sustainable travel dipercaya bisa meminimalisir kemungkinan pencemaran lingkungan. Apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip sustainable travel ini? Simak lewat ulasan berikut!
Dari data yang sudah dilansir EcoPassenger, setiap penumpang yang naik pesawat dari London ke Madrid akan menghasilkan 118 kilogram CO2. Sebagai perbandingan, setiap penumpang kereta api pada rute yang sama hanya akan menghasilkan 43 kilogram CO2. Bisa dibayangkan berapa ton emisi CO2 yang dilepas ke udara pada satu pesawat terbang aja. Belum kalau dikali ratusan bahkan mungkin ribuan pesawat sedunia yang lepas landas pada hari yang sama.
Selama memungkinkan, lebih baik memilih naik transportasi darat aja ya ketimbang turut menyumbang CO2 ke udara…
Memang sih, banyak orang yang cuma punya kesempatan berlibur saat musim liburan tiba. Tapi selama bisa menghindari peak season mending pilih hari lain aja. Karena semakin ramai pengunjung suatu destinasi wisata, maka potensinya mengalami kerusakan juga semakin besar. Apalagi kalau itu tempat wisata alam, seperti pantai atau pegunungan. Kalau rusak, rada susah diperbaiki.
Semua tentu sudah tahu kalau bumi kita saat ini sedang darurat sampah plastik, nggak di laut, nggak di darat, sudah banyak dipenuhi sampah plastik. Kita tak perlu lagi menambah parah kondisi tersebut. Saat berlibur, sebaiknya sedia tas sendiri untuk belanja-belanja. Perlengkapan makan dan minum juga tak boleh ketinggalan, agar setiap mau membungkus makanan atau minuman, nggak perlu pakai plastik.
Walau diperlakukan baik, diperhatikan makanan dan kesehatannya, tapi hewan-hewan yang hidup di penangkaran itu tetap tidak lebih baik daripada kawan-kawannya yang hidup di alam bebas. Kebanyakan, karena stres, hidupnya jadi lebih singkat daripada yang tinggal di habitat aslinya.
Yang dirawat aja tetap bisa tersiksa, apalagi yang diperlakukan buruk. Dobel-dobel penderitaannya. Jadi kalau lagi liburan, sebisa mungkin hindari hiburan yang memanfaatkan hewan, contohnya naik gajah atau sirkus-sirkus seperti sirkus lumba-lumba, dan lainnya. Soalnya, sama aja kayak kita mendukung eksploitasi hewan.
Nggak nyangka ya sesuatu yang mungkin selama ini biasa kita lakukan saat liburan, ternyata bisa turut memperburuk kondisi lingkungan. Mulai sekarang, yuk, coba untuk nggak egois lagi, semua ini demi nasib bumi. Lagipula kalau dipikir-pikir, konsep sustainable travel ini nggak sulit untuk dipraktikkan. Kita cuma perlu mengingat bahwa saat liburan itu kita seperti bertamu ke rumah orang. Artinya ya segala perilaku dan perkataan, harus dijaga dengan sebenar-benarnya.