Indonesia memiliki beberapa museum tertua dan menyimpan banyak sejarah di dalamnya. Biasanya, sejarah tersebut berupa benda peninggalan yang mengandung banyak ilmu pengetahuan baru.
Bangunan bersejarah ini memang sengaja diciptakan demi “mengawetkan” ingatan akan peristiwa dan artefak lama. Ide untuk membangun museum sendiri, dimulai sekitar 2.500 tahun yang lalu. Nah, berikut kami akan membagikan informasi mengenai museum tertua di Indonesia, yang sudah ada sejak beberapa abad yang lalu.
Awalnya museum tertua ini dikenal sebagai gudang rempah yang telah dibangun pada 1652. Namun, pada 1977, pemerintah DKI Jakarta kemudian melakukan renovasi dan meresmikannya menjadi tempat bersejarah. Di Museum Bahari ini, menyimpan koleksi bersejarah yang berhubungan dengan kelautan Indonesia, terutama dari Sabang sampai Marauke. Namun nahas, sebagian koleksi di sana harus dilalap si jago merah, pada 2018 silam. Bisa dibilang koleksi di dalamnya memang cukup lengkap, antara lain peta, perahu hingga alat navigasi pada zaman dahulu. Koleksi yang cukup terkenal di dalam museum bersejarah ini yakni perahu Jukung Karere dari Papua.
Lokasi: Jalan Ps. Ikan No.1, Penjaringan, Jakarta Utara.
Tempat bersejarah yang terletak di Jakarta Barat ini, sudah berdiri sejak 1640 silam. Akan tetapi, baru diresmikan sebagai museum pada 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, yakni Ali Sadikin. Ketika kamu mengunjungi Museum Wayang, di sana kamu akan menemukan berbagai koleski wayang dan boneka. Peninggalan tersebut tidak hanya dari Indonesia saja, namun dari berbagai negara lainnya. Seperti Malaysia, India, Vietnam, hingga Prancis. Tidak hanya wayang, museum ini juga memiliki beberapa koleksi lain seperti gamelan, lukisan, dan piring.
Lokasi: Jalan Pintu Besar Utara No.27 Pinangsia, Jakarta Barat.
kompas.com
Salah satu museum tertua berikutnya yakni Museum Fatahillah yang juga menyimpan banyak sejarah. Tempat yang banyak menyimpan benda-benda penuh sejarah ini, telah diresmikan sejak 1974 silam. Banyak yang belum tahu, sebelum dijadikan museum, tempat ini sebenarnya adalah Balai Kota, loh. Hingga kini, bangunannya tetap kokoh setelah berdiri cukup lama, yaki sejak 1707. Jika kamu dan sekuarga mengunjungi Museum Fatahillah, pasti akan menjumpai berbagai peninggalan, termasuk dari Kerajaan Tarumanegara dan Pajajarn.
Selain itu, Museum Fatahillah memperlihatkan berbagai perabotan dari zaman penjajahan yang bisa menjadi memperkaya ilmu sejarah. Saat mengunjungi Museum Fatahillah, koleksi di dalamnya akan terbagi pada beberapa ruangan. Setiap ruangan memiliki banyak nilai sejarah, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Jayakarta, Ruang Tarumanegara hingga Ruang Fatahillah.
Lokasi: Jalan Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Jakarta Barat.
Berdiri sejak 1760, wajar saja jika bangunan ini bisa dibilang sudah sangat tua. Sebelum dijadikan museum, tempat ini merupakan sebuah benteng. Bangunan ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan dari Belanda. Semula bangunan bersejarah ini digunakan untuk menjaga keamanan keraton dan sekitarnya. Namun Belanda memiliki maksud tersembunyi, yaitu ingin mengontrol segala pergerakan yang terjadi di dalam keraton. Setelah itu pada tahun 1980, benteng ditetapkan sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya Nusantara. Pengunjung dapat melihat interior benteng di dalamnya. Selain itu, ada pula diorama, foto, lukisan, dan peralatan-peralatan rumah tangga zaman Belanda.
Lokasi: Jalan Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Museum tertua berikut ini, terletak di Jakarta Pusat, yang telah dibangun sejak tahun 1778. Semula bangunan ini digunakan untuk melakukan berbagai penelitian. Berbagai pengembangan dilakukan untuk menambah koleksi dan mendesain ulang bangunan. Kini tempat tersebut lebih dikenal dengan nama Museum Gajah. Sebab, terdapat patung gajah yang diletakkan di bagian depan bangunan. Di dalamnya terdapat berbagai koleski yang dapat dijumpai oleh para pengunjung, seperti etnografi, perunggu, keramik, tekstil, relik sejarah, hingga buku langka.
Lokasi: Jalan Medan Merdeka Barat No.12, Gambir, Jakarta Pusat.
Berada di kota Solo, Museum Radya Pustaka, menjadi salah satu bangunan tertua di sana. Dibangun sejak 28 Oktober 1890, tempat ini telah mendidik dan menginformasikan para pengunjung untuk jangka waktu 100 tahun lebih lamanya. Dan hingga kini bangunan tersebut masih berdiri kokoh, juga ramai dikunjungi. Di tempat ini menampilkan berbagai pameran yang semuanya akan memberi Anda pemahaman yang wajar dari tradisi dan kebiasaan Solo serta Indonesia. Museum Radya Pustaka dibangun dengan tujuan menyimpan buku dan karya-karya para penyair, penulis dan intelektual dari masa lalu. Bahkan tempat ini terkenal di seluruh kota untuk menampilkan banyak koleksi barang antik, gamelan, keris, wayang, wayang beber gulir, beberapa buku Jawa dan Belanda.
Lokasi: Jl. Slamet Riyadi No.275, Sriwedari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141
Museum Bank Indonesia dibangun pada tahun 1828. Dulu bangunan ini digunakan sebagai bank Belanda yang kini menjadi Bank Indonesia. Berbeda dengan gedung bersejarah lainnya yang terlihat seperti bangunan tua, Museum BI tidak terlihat seperti itu. Sebab, gedungnya cukup terawat, kokoh, elegan, dan modern. Di dalamnya terdapat beberapa macam koleksi seperti uang kertas, uang logam, dan sejarah Bank Indonesia.
Lokasi: Jalan Lada 3, Pinangsia, Jakarta Barat.
Museum Taman Prasasti merupakan cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda yang terletak Jakarta Pusat yang sudah ada sejak tahun 1795. Tidak seperti tempat bersejarah lain, tempat ini berdiri di bekas kuburan Jahe Kober. Seperti namanya, tempat ini seperti taman, tidak berada di dalam bangunan. Ada banyak koleksi yang dapat ditemukan, seperti prasasti, batu nisan, makam perunggu, marmer, dan lain-lain. Kamu juga bisa melihat beberapa batu nisan orang terkenal seperti Soe Hok Gie, Van Delden, dan Olivia Mariamne Raffles.
Lokasi: Jalan Tanah Abang I No.1, Petojo Sel., Jakarta Pusat.
Demikian informasi mengenai beberapa bangunan tertua bersejarah di Indonesia. Kamu pun bisa lebih mengenalkan beragam tempat bersejarah ini kepada anak-anak, sehingga mereka lebih mengenal sejarah.