Home » Kongkow » Kuliner » Menikmati Cita Rasa dan Sekeping Nuansa Aceh di Ibu Kota

Menikmati Cita Rasa dan Sekeping Nuansa Aceh di Ibu Kota

- Minggu, 13 Oktober 2019 | 11:32 WIB
Menikmati Cita Rasa dan Sekeping Nuansa Aceh di Ibu Kota

Tanpa atap, langsung dipayungi pekat langit Jakarta. Orang-orang duduk di kursi rendah. Menyuap sesendok mie aceh atau menyeruput teh tarik sembari mengulum perbincangan hangat di antara konstan bunyi kring kring.

Suara tersebut merupakan tanda setiap kali pesanan masuk maupun siap diantar. "Saya suka sepedaan. Kring kring kan kayak bunyi bel sepeda," jelas pemilik Mie Aceh KringKring Hanif H. Cordova soal cerita di balik nama kedainya di bilangan Jakarta Selatan, Senin, 7 Oktober 2019.

Di samping, Hanif ingin orang bisa lebih mudah mengingat nama usaha kuliner yang telah dirintis hampir satu tahun ke belakang. Kendati, niat untuk berhenti kerja dan membuka usaha sebenarnya sudah terpendam selama sewindu.

"Baru dua tahun lalu akhirnya beli unit (food truck)," kata lelaki yang sempat bekerja sebagai pegawai selama 14 tahun tersebut. Ragam persiapan, termasuk memilih tempat, membuat usahanya baru berhasil dibuka pada 25 Oktober 2018.

Sedari awal, Hanif mengatakan ogah membuka warung makanan Aceh dengan konsep seperti kebanyakan tempat makan serupa di Jakarta. Lelaki kelahiran Banda Aceh ini ingin membawa sekeping nuansa kampung halamannya ke ibu kota.

"Saya pikir, asyik juga jualan di atas mobil. Kalau di Aceh namanya rex. Itu sebutan untuk makan di ruang terbuka dengan kursi seperti ini. Akhirnya, saya putuskan konsep outdoor saja," cerita lelaki 45 tahun tersebut.

Suasana yang dibuat semirip mungkin dengan kampung halaman didukung rasa makanan tak kalah bernuansa Aceh. Hanif menceritakan, tak kurang dari 45 rempah digunakan untuk meracik bumbu mi aceh di sini.

"Bicara cabainya saja ada cabai merah kering, cabai merah basah, cabai hijau, cabai oranye, dan cabai rawit," paparnya. Jenis bawang pun lengkap digunakan, yakni bawang merah, bawang putih, dan bawang bombai.

Perjalanan menemukan cita rasa seperti sekarang pun tak mudah bagi Hanif. Belum setahun usahanya berjalan, ia sudah harus 17 kali merombak komposisi bumbu untuk mendapatkan rasa paling sreg, baik di lidahnya sendiri maupun pelanggan.

"Pernah tiga kali gagal total. Jangankan orang lain, saya saja sampai tidak bisa makan racikan (bumbu mi aceh) yang itu," cerita Hanif. Input untuk meningkatkan cita rasa terus didapatkan, tak hanya dari pelanggan, tapi juga teman-teman terdekat.

Pembuatan bumbu yang memerlukan waktu empat jam ini dilakukan Hanif seminggu sekali. "Beda dengan mi. Kalau itu (mi) setiap hari. Saya memang minta (pada supplier) mi dibuat khusus supaya enak. Karena kan beda tepung, beda rasa," tuturnya.

Sempat memasak sendiri selama enam bulan, tugas ini sekarang sudah diturunkan Hanif pada karyawannya. "Karena masak sendiri itulah saya tahu persis komposisi untuk satu porsi makanan. Tinggal teruskan SOP-nya ke karyawan," Hanif berujar.

Kendati, kontrol kualitas tetap dilakukan setiap hari dengan mencicip, mulai dari bumbu sampai sudah jadi satu hidangan. Pada beberapa waktu, Hanif juga akan meminta teman untuk mencoba, di samping rutin berkeliling menyapa pelanggan sembari bertanya cita rasa.

Di samping mie aceh dengan varian goreng, tumis, dan rebus, Mie Aceh KringKring juga punya ragam menu lain yang tak kalah menggugah selera. Satu di antaranya adalah nasi goreng bumbu aceh, lengkap dengan acar bawang merahnya.

Dalam penyajian, menu satu ini juga ada pilihannya, yakni nasi goreng ayam, nasi goreng telur, nasi goreng daging, nasi goreng cumi, nasi goreng udang, dan nasi goreng spesial. "Kalau spesial itu berarti campuran semuanya," kata Hanif.

Yang tak kalah khas, ada martabak kringkring berupa roti tawar digoreng bersama telur. Perpaduan bahan membuat rasanya lembut di dalam dan garing di luar. Makannya pun tambah nikmat dengan acar bawang merah dan potongan cabai rawit hijau.

"Kalau minuman, selain kopi yang jadi favorit, di sini juga ada teh tarik. Saya lagi buat gerobak baru buat kopi tarik. Pertengahan bulan ini insyaallah sudah selesai," ujarnya.

Ada pula es timun serut yang merupakan perpaduan sirup, cincau hitam, dan timun. "Satu lagi yang khas di sini namanya sanger. Semacam kopi. Ada yang versi espresso dan biasa," tambah Hanif.

Dibantu enam karyawan, Hanif membuka Mie Aceh KringKring setiap hari mulai pukul 17.00--02.00 di Jl. dr. Saharjo (pintu keluar Balai Sudirman), Tebet, Jakarta Selatan. Soal harga, semua menu di sini dibanderol di bawah Rp30 ribu.

 

Cari Artikel Lainnya