Indonesia memiliki wilayah perairan yang amat luas yaitu sekitar 2/3 dari total keseluruhan wilayah Indonesia. Tidak heran jika perairan di Indonesia turut berkontribusi bagi dunia, seperti tempat wisata laut terbaik, tempat tinggal beberapa spesies biota laut, hingga penghasil ikan terbesar. Selain itu juga laut di Indonesia merupakan jalur perlintasan Arus Lintasan Indonesia (Arlindo) yang menyambungkan antara Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia. Arus yang berada di Indonesia tergolong sangat besar yaitu sekitar 15 Sverdup, di mana 1 Sverdup sama dengan 1 juta kubik air per detik. Dapat dikatakan jika besarnya arus laut Indonesia bisa mencapai 15 juta meter per detik.
Perlu diketahui jika beberapa perairan mempunyai kedalaman laut yang berbeda – beda dari mulai perairan di bagian barat hingga ke timur Indonesia. Namun sebagian besar laut yang berada di bagian timur Indonesia tergolong lautan dalam. Tidak heran jika fauna seperti ikan berukuran besar seperti ikan tuna, ikan cakalang, hiu dan paus banyak ditemukan di perairan ini. Salah satu laut yang cukup terkenal akan hasil alam serta menjadi tempat favorit bagi para pemancing yakni Laut Banda.
Karakteristik Laut Banda
Laut Banda terletak tidak jauh dari Kepulauan Maluku dan masih menjadi bagian Samudra Hindia namun terpisah oleh beberapa pulau besar dan kecil, serta Laut Halmahera dan Laut Seram. Laut Banda di kelilingi oleh beberapa pulau sekaligus sebagai pembatas laut ini, yaitu Pulau Sulawesi yang berada di bagian barat Laut Banda, Pulau Buru dan Pulau Seram di bagian utara, terdapat Kepulauan Watu Bela, Kepulauann Kai dan Kepulauan Aru di bagian timur serta Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Babar, Kepulauan Damar, Kepulauan Leti dan Pulau Wetar berada di bagain selatan Laut Banda. Tidak jauh dari Pulau Seram tepatnya di bagian selatan terdapat Kepulauan Banda. Luas dari Laut Banda bisa mencapai 500.000 km persegi.
Secara umum suhu air Laut Banda berbeda – beda, tergantung dari kedalamannya. Semakin dalam maka suhu air Laut Banda cendrung mengalami penurunan. Kedalaman dari Laut Banda sekitar 600 meter, dan saat kedalaman air sekitar 0 sampai dengan 5 meter di bawah permukaan laut rata – rata suhu air mencapai 25,70 – 26,17 derajat celcius. Semakin ke dalam suhu air Laut Banda terus mengalami penurunan dengan rata – rata suhu mencapai 25,98 – 0,16 derajat celcius. Untuk tingkat salinitas di Laut Banda juga cukup beragam yaitu berkisar antara 34,07 – 34,33 dengan rata – rata tingkat salinitas permukaan yaitu 34,19±0,075. Hal ini dipengaruhi dari kondisi Laut Banda yang merupakan tempat pertemuan antara massa air yang berasal dari utara dengan massa air yang berasal dari Samudra Hindia, sehingga massa air dari utara ataupun selatan akan mengalami perubahan saat memasuki Laut Banda.
Terdapat Palung Di Laut Banda
Kita perlu tahu jika di perairan Indonesia terdapat dua buah palung yang cukup dalam, yakni Palung Banda dan Palung Jawa yang berada di Samudara Hindia. Kedua palung memiliki kedalaman yang berbeda, Palung Jawa dalamnya mencapai 2.500 meter di bawah permukaan laut, sedangkan Palung Banda termasuk palung paling dalam di Indonesia yakni mencapai lebih dari 7.000 meter di bawah permukaan laut. Palung yaitu sebuah jurang yang berada di dasar laut dan Palung Banda berada di sebelah tenggara dari Pulau Banda atau di bagian barat Kepulauan Kai.
Palung Banda tercipta akibat adanya pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo – Australia, serta lempeng Pasifik. Tidak heran jika di wilayah ini sering terjadi gempa bumi bahkan tercatat gempa bumi terbesar pernah terjadi pada tahun 1928 sebesar 8,5 Skala Richter dan mengakibatkan gelombang tsunami setinggi 1,5 meter. Hingga saat ini masih belum ada penelitian untuk mengetahui dasar laut dari Palung Banda. Kondisi di Palung Banda sangat gelap bahkan sinar matahari hanya sanggup menembus air hanya sekitar 150 meter dari permukaan laut. Bahkan seorang penyelam profesional sekalipun tidak akan sanggup berenang hingga mencapai kedalaman 7.000 meter sebab tekanan yang terdapat di Palung Banda sangat besar yaitu sekitar 700 kg per centimer persegi.
Saat pemerintahan Belanda yaitu pada tahun 1929 – 1930, melakukan penelitian kelautan dengan menggnakan kapal angkatan laut HMS Willebrord Snellius. Dari ekspedisi ini para tim peneliti berhasil mengetahui kedalaman dari Laut Banda serta mengetahui bagian terdalam dari Palung Laut Banda yaitu sekitar 7.440 meter dari bawah permukaan air laut. Saat itu pengukuran kedalaman dasar laut menggunakan alat pengukur echo sounder yang menggunakan prinsip mengeluarkan gelombang suara kemudian menangkap kembali gelombang suara yang telah dipantulkan dari dasar laut. Dari ekpedisi ini berhasil memetakan kondisi dasar dari Laut Banda yaitu adanya palung di dasar Laut Banda dan menamainya dengan Palung Weber. Tidak hanya itu saja, telah ditemukan juga Lubuk Banda Utara (5.800 meter), Lubuk Banda Selatan (5.400 meter) dan beberapa lubuk lainnya. Jika palung berbentuk curam seperti jurang, lubuk berbentuk cekung mirip kubangan yang amat luas dan terdapat titik terdalam.
Penelitan mengenai Laut Banda tidak berhenti sampai disitu. Di tahun 1951 ada sebuah ekspedisi dari Denmark, menggunakan kapal Galathea melakukan pelayaran menuju Laut Banda. Di sini para peneliti ingin mengetahui kondisi dasar laut dari Laut Banda. Dengan menggunakan alat khusus dilakukan pengambilan sampel lapisan tanah yang diturunkan dengan menggunakan kabel baja. Hasil pengambilan tersebut tidak hanya lapisan tanah saja, namun juga beberapa jenis makhluk hidup yang tinggal di dasar laut.
Dari penelitian tersebut diketahui jika dasar Laut Banda berupa tanah lempung yang halus, suhu air mencapai 3 derajat celsius dan terdapat kandungan oksigen meskipun cukup sedikit. Sedangkan untuk makhluk hidup yang berhasil tertangkap dari dasar laut antara lain sejenis tripang Paroriza gravei, sejenis cacing Macellicephalus hadalis, isopoda atau sejenis serangga laut Macrostylis hadalis dan Leptanthura hendili, serta hewan mirip dengan laba – laba Nympon femorale. Namun untuk kepentingan ilmu pengetahuan hewan – hewan tersebut telah diawetkan dan disimpan di Museum Zoologi Kopenhagen di Denmark.