Sebagai guru, Anda pasti sering menemui anak didik berlaku tidak jujur. Mulai dari hal sederhana seperti alasan datang terlambat, tidak mengerjakan tugas, menyontek, dan sebagainya. Apa ya kira-kira yang menjadi penyebab di balik kebohongan mereka? Salah satunya bisa jadi karena lingkungan. Kemudian, faktor lainnya adalah karena takut dihukum. Ketika siswa berbuat salah, maka mereka sudah tahu akan ada konsekuensi yang ditanggungnya. Oleh karenanya, berbohong jadi satu-satunya pilihan.
Nah, berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk membangun karakter jujur pada siswa. Simak yuk!
Ada pepatah mengatakan "Bisa karena terbiasa". Nah, biasakanlah melakukan hal-hal positif mulai dari diri Anda sendiri. Salah satunya membiasakan diri untuk selalu jujur, dalam hal sekecil apa pun. Jangan pernah meremehkan hal-hal kecil lho. Ingat, segala hal yang besar bermula dari hal-hal kecil.
Agar sikap jujur siswa tumbuh dengan baik, tentu saja Anda harus menjadi model bagi mereka. Percuma kalau Anda hanya mengingatkan anak didik tanpa mempraktikkannya karena tidak akan ada hasilnya. Jadilah sosok yang bisa dicontoh oleh siswa. Segala tingkah dan perilaku Anda akan diikuti oleh siswa. Kalau gurunya saja tidak berlaku jujur, maka siapa lagi yang jadi panutan siswanya di sekolah? Beberapa contoh kejujuran yang bisa diaplikasikan di antaranya, mengakui jika salah mengajarkan materi, mengakui kalau tidak bisa menjawab pertanyaan dari siswa, tidak subjektif memberi penilaian, dan sebagainya. Berhati-hati dalam bicara, memberi alasan, atau melakukan sesuatu.
Tunjukkan pada siswa bahwa kejujuran sangat penting dan harus dijunjung tinggi sejak dini. Tugas Anda adalah membantu mereka untuk paham mana yang merupakan kebenaran utuh, dan mana yang setengah-setengah. Dengan demikian, mereka tidak akan mencampuradukkan kebenaran dengan kebohongan. Misalnya sesederhana Anda menanyakan kabar siswa dan mereka menjawab baik-baik saja. Padahal, belum tentu siswa benar-benar dalam keadaan baik. Bisa saja dalam kondisi ngantuk di kelas sehingga tidak bisa menerima pelajaran dengan baik namun takut atau malu mengutarakannya. Tanamkan di benak siswa bahwa kebenaran mengalahkan segala sesuatu, meskipun pahit. Tentu setiap kejujuran ada konsekuensinya masing-masing. Ketika tertangkap berbohong, segera tegur dan beri pengertian bahwa Anda ingin yang terbaik untuk siswa. Mintalah agar siswa tidak mengulangi lagi. Untuk sukses melakukan tips ini, Anda jangan sampai terbawa emosi dan asal tuduh tanpa bukti ya.
Jika siswa mengakui sebuah kesalahan, seringkali berujung pada amarah atau pemberian hukuman dari pihak guru. Tidak dapat dipungkiri, terkadang memang lebih mudah menghukum ketimbang memberi reward. Jika siswa salah, Anda dengan sigap memarahi. Namun ketika siswa melakukan sebuah kebaikan meskipun terlihat sepele, Anda tidak serta merta memberikan pujian.
Padahal, dengan ini berarti siswa memilih untuk berlaku jujur lho, bapak/ibu guru. Ke depannya, coba berikan apresiasi atas sikapnya, sesederhana melemparkan pujian. Cara ini akan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Kalau sudah begitu, niscaya jujur akan menjadi kebudayaan.
Sudah pernah mendengar teori labeling? Mulai sekarang, coba berhenti memberi label negatif pada siswa, contohnya "Dasar anak tukang bohong!". Gawatnya, lama-kelamaan label ini seakan menempel, dan siswa pun menjalani hidup sebagai sosok yang dilabelkan kepadanya. Sampaikan dengan bijak pada mereka, tidak ada yang suka dengan kebohongan. Apa pun yang ia lakukan, tetaplah jujur seburuk apa pun itu. Berjanjilah Anda tetap akan menyayangi mereka.
Memberi tekanan pada siswa akan membuat mereka semakin kekeuh mempertahankan kebohongannya. Coba cairkan suasana dengan mulai percakapan duluan, misalnya menceritakan pengalaman menarik dan kurang menyenangkan Anda di masa lalu. Yakinkan bahwa Anda juga dapat menjadi sahabat untuk berbagi kisah, bahkan sampai hal yang paling sensitif sekali pun. Ingat, Anda sendiri merasa lebih nyaman curhat dengan sahabat, bukan? Kalau Anda saja mau berbagi, mereka pun tidak akan sungkan curhat dengan Anda. Dari hal ini akan menciptakan kedekatan antara guru dan siswa.
Banyak sekali faktor yang bisa membuat siswa berbohong, salah satunya lingkungan. Karakter siswa sedikit-banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Coba perhatikan, di lingkungan seperti apa ia bergaul? Jika teman-teman sepermainannya atau keluarganya sering berbohong, maka ia pun akan menirunya. Misalnya, bohong itu hal biasa, menyontek adalah sesuatu yang lumrah, maka besar kemungkinan siswa akan terpengaruh. Secara tidak sadar, sebagai guru pun mungkin pernah berbohong, misalnya menjanjikan sesuatu namun tidak ditepati, menakut-nakuti sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dan lainnya. Hal ini tentu berdampak pada siswa. Oleh sebab itu, peran Anda adalah mengarahkan serta menciptakan lingkungan yang positif.
Well, sah-sah saja memberikan hukuman sebagai konsekuensi perilaku tidak jujur siswa. Namun yang perlu diingat adalah harus tetap sesuai dengan batasan yang mendidik.
Nah, itulah ketujuh tips yang bisa bapak/ibu terapkan untuk membangun karakter jujur pada siswa. Selain itu, dibutuhkan juga keterampilan serta perhatian dari Anda dalam menyelidiki siswa yang tidak jujur. Kalau Anda sebagai guru pun mudah ditipu, siswa pun tidak akan segan mengulangi ketidakjujurannya. Guru harus kritis terhadap permasalahan siswa. Oleh sebab itu, mau tahu mengenai siswa itu penting sekali.
Kemudian, jika Anda sudah tahu bahwa siswa sedang berbohong dan ingin mereka mengakuinya, jangan sesekali menggunakan cara interogasi. Kalau Anda memberondong pertanyaan bertubi-tubi, maka siswa semakin takut dan tidak nyaman menyatakan kebenaran. Juga, jangan coba-coba menjebak siswa karena ini akan membuat mereka tidak percaya pada gurunya sendiri.
Semoga tujuh tips di atas bisa membantu ya. Bapak/ibu guru ada tips lain yang mungkin bisa dibagikan? Sampaikan di kolom komentar ya. Yuk tetap semangat mencerdaskan bangsa agar selalu #BanggaJadiGuru!