Bagaimana cara mengatasi siswa yang malas belajar? Mungkin pertanyaan seperti ini pernah, bahkan kerap kali hinggap di pikiran Bapak/Ibu Guru. Sebelum mencari solusi, ada baiknya cari tahu dulu apa penyebabnya. Kalau penyebabnya sudah ditemukan, tentu solusi juga akan didapat. Berikut kami rangkum untuk Bapak/Ibu Guru. Keep reading :)
"Jika kau berteman dengan dengan kemalasan, maka kesuksesan akan menjauhimu. Karena kesuksesan berteman dengan kerja keras."
Bayangkan saja kalau dalam sehari siswa dihadapkan lebih dari 5 mata pelajaran berbeda. Belum lagi kalau setiap mata pelajaran memberikan tugas dan ujian, tentu akan sangat melelahkan. Hal ini dapat memicu turunnya motivasi belajar siswa. Solusinya, coba pertimbangkan baik-baik sebelum memberikan tugas ke siswa. Buatlah tugas yang inovatif untuk siswa sehingga mampu berpikir kritis dan kreatif. Tujuan utama tugas adalah melatih kemampuan siswa, bukan menambah beban siswa. Kalau sampai terlalu banyak beban, siswa akan letih, jenuh, dan bisa mempengaruhi kondisi kesehatannya. Bapak/Ibu tidak ingin hal tersebut terjadi kan?
Coba evaluasi ulang, bagaimana dengan cara pengajaran yang Bapak/Ibu terapkan selama ini kepada siswa. Apa sudah sesuai atau belum. Jangan bosan untuk mengkaji ulang apa yang harus diperbaharui dan diperbaiki.
Malas juga bisa dipicu karena siswa kurang gemar pada beberapa pelajaran tertentu. Nah, di sinilah peran Bapak/Ibu untuk mengarahkan siswa untuk mengetahui minat dan bakatnya. Jika menonjol pada bidang tertentu, dukung dan terus beri motivasi agar siswa lebih percaya diri mengembangkan dirinya. Untuk hal ini, wajib hukumnya untuk berpikiran terbuka ya. Ingat, tidak semua siswa berminat pada mata pelajaran akademis lho. Namun, jangan lupa didukung dengan mata pelajaran yang kurang disukai. Semangati dengan “Coba dulu, pelan-pelan pasti bisa.”
Jangan pernah bosan untuk mengenali siswa secara personal. Karakter siswa terbentuk pertama kali sejak dari rumah. Jika siswa malas, maka perlu ditelusuri apakah ada masalah tertentu yang mengakibatkan siswa berperilaku demikian. Misalnya masalah atau tekanan dari orangtua dan saudara kandung. Orang di rumah harus mempunyai komunikasi yang terjalin baik dengan siswa. Selain itu, peer group juga turut berpengaruh pada perkembangan karakter. Kalau dikelilingi orang-orang inspiratif dan rajin, siswa pun akan ikut terbawa arus positif, begitu juga sebaliknya.
Seperti yang sudah dibahas di artikel sebelumnya, guru profesional adalah yang bisa menjadi contoh bagi siswanya. Nah, siswa tentu butuh panutan agar ia termotivasi. Pancing siswa agar menceritakan siapa tokoh idolanya. Jika siswa bingung, maka Bapak/Ibu bisa coba mengenalkan dengan tokoh-tokoh inspiratif yang akan memacu motivasi belajar mereka.
Bapak/Ibu harus memberi pengarahan serta kesadaran bahwa rajin itu hal positif yang harus dijadikan kebiasaan. Cara paling ampuh untuk mengembangkan potensi diri adalah belajar. Tidak hanya teori, namun dibarengi dengan praktik karena merupakan kebutuhan setiap manusia. Coba beri motivasi dengan mengatakan “Lihat anak-anak di jalanan sana. Mereka ingin belajar seperti kalian, namun tidak memungkinkan karena harus membantu orangtua mencari uang. Seharusnya mereka bisa ikut belajar dan bermain dengan teman sepantarannya seperti kalian.”
Well, mungkin secara tidak sadar Bapak/Ibu pernah mengucapkan kalimat yang membuat siswa tidak nyaman. Jika tidak nyaman, maka rasa malas akan menghantui. Apa pun yang hendak dibicarakan pada siswa, sebaiknya tidak mengintimidasi atau merendahkan diri siswa. Ucapkanlah selalu kata-kata positif meski dalam kondisi marah sekali pun. Hindari amarah yang menggebu-gebu, apalagi sampai menggunakan kekasaran ya.
Cara belajar setiap orang berbeda-beda, termasuk siswa. Ada yang mudah paham dengan mendengar, lihat gambar, membaca, dan sebagainya. Rasa malas bisa juga muncul karena siswa belajar dengan metode yang kurang sesuai dengan kemampuannya menyerap ilmu. Penting sekali untuk mengedukasi siswa perihal pentingnya mengenal diri masing-masing. Kalau siswa tahu metode belajar seperti apa yang membuat mereka mudah mencerna pelajaran, tentu segalanya jadi lebih mudah. Bapak/Ibu hanya perlu mendampingi sambil terus mendukung.
Maraknya pacaran di kalangan pelajar, bahkan di usia SD membuat hal ini menjadi semacam tren. Fenomena ini sungguh disayangkan. Waktu yang seharusnya bisa dialokasikan untuk belajar, terpakai untuk chat dan telepon dengan sang pacar. Sebaiknya jangan dilarang, karena biasanya semakin dilarang, justru semakin menjadi. Dalam hal ini, Bapak/Ibu bisa mengontrol agar siswa masih dalam batas sewajarnya. Dengan demikian, siswa mampu mengelola waktu, mana yang untuk belajar, mana untuk senang-senang.
Orangtua memfasilitasi anak dengan berbagai macam kenyamanan. Hal ini ditujukan agar si anak tidak perlu repot melakukan berbagai aktivitasnya. Well, tidak salah memberikan fasilitas, asal tahu cara mengelolanya. Jangan sampai karena terbuai fasiltas, siswa malah jadi malas berusaha karena terbiasa mudah mendapatkan apa-apa. Misalnya diberikan gadget bagus dan mahal. Selain digunakan untuk hiburan, ada baiknya jika dimanfaatkan juga untuk belajar. Sekarang sudah ada latihan soal dan aplikasi belajar online yang bisa memudahkan siswa belajar di mana dan kapan saja. Guru di era kini, sudah harus melek teknologi juga dong.
Bapak/Ibu Guru harus berkoordinasi dengan pihak orangtua siswa agar semua berjalan lancar. Jika siswa berhasil melawan rasa malasnya, jangan ragu untuk berikan apresiasi kepadanya. Happy teaching, good teacher!