Otakers yang suka nonton film pasti tau kan kalau film-film itu biasanya mempunyai rating yang menentukan umur yang pantas untuk menonton film tersebut. Rating tersebut biasanya ditentukan oleh konten film apakah mengandung unsur kekerasan atau adegan dewasa lainnya. Biasanya rating yang diberikan cukup subjektif dan tergantung dari penilaian lembaga perfilman di negara tersebut.
Secara umum, film rating ini diberikan untuk umur anak-anak sampai remaja, dari 0 – 21 tahun. Kalau di Indonesia, rating film ada kategori semua umur, lalu 13+ untuk usia 13 tahun ke atas, 17+ untuk usia 17 tahun ke atas dan 21+ untuk usia 21 tahun. Lain halnya di negara-negara Eropa, bahkan film-film anak pun ternyata diatur dari usia 6 tahun, 9 tahun atau 12 tahun. Contohnya, film Lion King di Jerman dibolehkan untuk ditonton semua umur, tetapi film Harry Potter I dan II hanya dibolehkan untuk ditonton anak umur 6 tahun keatas, dan film Harry Potter III dan seterusnya hanya boleh ditonton untuk umur 12 tahun keatas.Tapi tetap saja penilaian tersebut masih terkesan subjektif dan oleh karena itu ada sekumpulan ilmuwan dari Max Planck Institute yang mengupayakan metode yang lebih tepat untuk menentukan umur anak-anak untuk sebuah film.
Mereka mengukur komposisi di udara dalam bioskop termasuk kandungan senyawa organik atau volatile organic compounds (VOCs). Tidak main-main, mereka melakukan pengukuran pada total 135 pemutaran film dan 11 jenis film. Terdapat 13 ribu lebih penonton film yang turut serta dalam tes ini. Hasilnya, ilmuwan tersebut menemukan bahwa adanya fluktuasi pada zat kimia yang bernama Isoprena.
Apakah Isoprena?
Zat kimia isoprena terbentuk dalam proses metabolik tubuh dan tersimpan pada kelenjar otot. Biasanya isoprena keluar dari tubuh melewati udara yang kita keluarkan atau dari kulit saat kita bergerak. Hal ini juga yang menyebabkan konsentrasi isoprena yang terdeteksi berubah-ubah saat anak-anak menonton film. Misalnya, ketika film menampilkan adegan menegangkan mereka akan bergerak secara tidak sadar dan otot menjadi tegang sehingga meningkatkan jumlah isoprena yang keluar dari tubuh. Secara langsung, hal ini menjadi tingkat ukuran baru untuk menentukan tingkatan level rating film.
Baca Juga :
Nggak Cuma Film, Ini Fakta unik Tentang Bioskop yang Harus Kamu Tahu
Lalu bagaimana cara mereka mengukur banyaknya Isoprena ini sih?
Jadi ada alat pengukur berat massa (mass spectrometer) yang ditempatkan pada pintu ventilasi bioskop. Alat pengukur berat massa ini telah ditentukan dari awal untuk memonitor besaran konsentrasi senyawa-senyawa tertentu. Untuk hal ini, telah ditentukan ada sebanyak 60 senyawa kimia dengan berat massa yang dimonitor. Tim ilmuwan ini terus mencoba eksperimen baru dengan senyawa kimia lainnya untuk menemukan temuan yang serupa dengan isoprena. [5] Mungkin saja mereka dapat menemukan senyawa kimia lain yang konsentrasinya mempunyai korelasi dengan keadaan emosi penonton selain keadaan tegang saja. Tetapi hal itu bukan hal yang mudah, karena banyak film mempunyai adegan-adegan yang dapat memunculkan banyak emosi dalam waktu yang singkat sehingga membuat hasil pengukuran tidak terlalu kelihatan signifikan.
Selain itu, secara umum anak-anak mengeluarkan isoprena lebih rendah daripada orang dewasa. Jadi pengukuran isoprena juga dapat dilakukan untuk menentukan rata-rata umur orang yang menonton film tersebut. Misalnya eksperimen dilakukan untuk film-film dengan rating untuk semua umur. Dengan eksperimen ini dapat ketahuan, film tertentu lebih populer dan ditonton lebih banyak oleh anak berumur dibawah 12 tahun dan sebaliknya ada film semua umur lain yang banyak ditonton oleh penonton diatas 12 tahun.
Selanjutnya, eksperimen ini akan dilakukan pada film-film yang mempunyai rating untuk dewasa lebih banyak lagi agar menemukan korelasi-korelasi antara senyawa lain dengan adegan-adegan yang ada di film tersebut.Menarik bukan?