Anda sudah mulai mudah lupa? Atau kesulitan me re-call poin-poin penting dalam rapat? atau diminta istri beli diapers yang terbeli malah pembalut?
Sama, saya juga pernah mengalaminya. Tapi ternyata ada cara gampang untuk mengurangi kebiasaan lupa ini.
Dua puluhan tahun yang lalu, ketika saya masih belajar di TPA (taman pendidikan Al-Quran) di masjid kampung, saya diam-diam berkompetisi dengan teman saya. Namanya sebut saja si Rus. Rus ini hafalan suratnya selalu lebih banyak dari saya. Saya baru hafal satu surah, dia sudah dua. Saya lalu tidak pernah bisa mengejarnya meski saya pikir saya sudah berusaha keras.
Saya termasuk orang yang lebih senang membaca daripada berhitung waktu sekolah. Namun meski demikian kalau soal menghafal, sudah pasti si Rus lebih hebat dari saya dalam hal ini.
Baca juga : Buat yang Suka Gampang Lupa, Cobalah 5 Hal Yang Bisa Memperkuat Daya Ingatmu Ini
Mungkin memang otaknya lebih encer, begitu pikir saya waktu itu. Pernah suatu kali ada ujian mata pelajaran kimia. Saya belajar semalam suntuk menghafal tabel periodik unsur. Pas ujian, blank! yang saya ingat gambar kapal (karena tabelnya saya corat-coret jadi kapal). Jeblok nilai Kimia saya.
Hal yang sama bisa terjadi saat kita mempersiapkan diri untuk presentasi atau wawancara kerja. Sudah mempersiapkan diri berhari-hari tapi sepertinya apa yang masuk di kepala tiba-tiba lepas hilang entah kemana.
Memang ada banyak teknik untuk meningkatkan daya ingat, menghafal. Misalnya metode Loci, yaitu menempatkan hal-hal yang ingin kita ingat pada tempat-tempat yang familier, misalnya rumah kita sendiri.
Metode lainnya adalah chungking ketika kita mengingat deret angka, misalnya sampai 9 deret. Lebih mudah mengingatnya dengan memecahnya menjadi 3 deret masing-masing 3 angka seperti kita menuliskan nomor handphone. Masih banyak metode-metode lain yang canggih.
Tapi ada satu metode yang kelihatannya sepele, sangat mudah diaplikasikan, dan yang paling penting sudah terbukti meningkatkan daya ingat dan kemampuan belajar. Setidaknya menurut para peneliti memori di Departement of Psychology, University of Waterloo, Kanada.
Hasil penelitian ini berjudul ”This time it’s personal: the memory benefit of hearing oneself" yang terbit Desember 2017 di jurnal "Memory" oleh Noah D. Forrin dan Colin M. Mcleod.
Metode ini sekali lagi saya kasih tahu sangat..sangat mudah, bagaimana caranya? Ketika ingin belajar sesuatu atau mengingat sesuatu. Tuliskan lalu bacalah keras-keras tapi jelas. Nggak perlu terlalu keras juga sih, yang penting kita dengar suara kita sendiri dan lakukan berulang-ulang sesuka kita. Lalu? Sudah. Sudah? Iya sudah gitu aja. Gampang kan?
Metode untuk meningkatkan kemampuan memori ini diteliti bermula dari istilah psikologi memori "production effect". Apa itu? Memori dalam otak kita ibaratnya seperti gudang data, ada memori jangka pendek, data yang disimpan dekat dengan pintu gudang, lebih mudah diambil, tapi dibuang dalam jangka pendek.
Ada memori jangka panjang, data yang disimpan agak ke dalam, lebih jauh dari pintu gudang tapi lebih tahan lama. Dalam hal ini ketika kita mendapatkan informasi baru dan ingin mengingatnya, kemampuan memori untuk menyimpannya dipengaruhi oleh informasi-informasi lain yang bertebaran memasuki indera kita.
Bisa jadi kita langsung lupa karena informasi yang lebih baru langsung menghapus informasi sebelumnya sebelum sempat masuk dalam memori jangka panjang. Begitu seterusnya.
Nah, untuk mencegah hilangnya informasi baru, perlu dilakukan suatu upaya "belajar". Peneliti psikologi memori menyebutnya "production effect". Yaitu ketika otak memproduksi upaya belajar baru dari informasi yang baru saja diterima, bukan saja hal ini mencegah informasi lain menghapusnya, tapi juga memperkuatnya untuk masuk dalam memori jangka panjang.
Ibaratnya, efek ini tali yang akan mencegah informasi keluar dari gudang data. Apa contoh "production effect" ini? Misalnya mencatat, mendengarnya berulang-ulang, atau menyanyikannya. Atau menggabungkan diantaranya, dicatat lalu dibaca sendiri keras-keras berulang-ulang, semakin sering semakin bagus.
Forrin dan McLeod membandingkan efektivitas mengingat dari empat kelompok subyek penelitian yaitu : (1) Membaca dalam hati, (2) mendengarkan orang lain membacakan, (3) mendengarkan rekaman bacaan sendiri, dan (4) membaca sendiri dengan suara keras.
Hasilnya, kelompok 4, subyek yang membaca sendiri dengan suara keras menunjukkan kemampuan mengingat dan kemampuan belajar paling tinggi ketika diteliti dua minggu setelah penelitian pertama.
Kenapa bisa demikian? Peneliti menyatakan bahwa kombinasi kerja mulut, pita suara, gendang telinga menghasilkan "tali" yang kuat untuk memasukkan infomasi ke dalam gudang memori. McLeod menyebutnya "words engagement".
Saya lalu ingat-ingat lagi teman saya di TPA, si Rus ini selalu menghafalkan surah dengan membacanya keras-keras saat belajar, juga saat perjalanan dari rumah ke masjid, saat jeda shalat, bahkan bergumam-gumam sendiri saat main kelereng.
Saya belum mengecek apakah otaknya benar encer, tapi yang jelas si Rus dengan piawai sudah menggunakan "production effect" untuk menghafalkan ayat Al-Quran, dan terbukti berhasil. Saya pun ingin mencobanya dong. Apa benar bisa berguna. Jadi saya coba beberapa hari yang lalu untuk menghafal ayat Quran, dan hei..it's work bro!
Jadi dari percobaan sederhana yang saya lakukan sendiri beberapa hari belakangan, Teknik mempertajam daya ingat ini bisa disederhanakan sebagai berikut :