Tidak semua jamur beracun karena ada beberapa jenis jamur yang edible atau bisa dimakan dan aman dikonsumsi. Namun, permasalahannya agak sulit untuk orang awam membedakan mana jamur yang beracun dan tidak beracun. Selain itu, ada beberapa jamur beracun yang masih bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal seperti ling zhi, maitake, dan enokitake.
Di dalam jamur beracun terkandung beberapa jenis senyawa toksin yang bisa menyebabkan dampak buruk pada kesehatan manusia, seperti Amatoxin/amanatin, Gyromitrin, Orellanine, Ibotenic Acid, Muscimol, Psilocybin, dan Coprine.
Setidaknya, ada enam perbedaan fisik yang mencolok antara jamur beracun dan tidak beracun. Berikut ini perbedaannya.
Warna yang mencolok terkadang memancing rasa penasaran untuk memegang atau bahkan malah mencicipinya. Biasanya, di bagian tudung jamur tersebut terdapat bintik-bintik yang mencolok. Jamur ini mudah hancur apabila diraba dan jika dipotong akan mengeluarkan getah.
Untuk menghindari salah pilih jamur, jangan sekali-sekali menganalisis jamur sendiri tanpa bersama dengan ahli. Pilihlah jamur yang sudah dibudidayakan karena jamur tersebut dipastikan aman. Jangan pernah mengambil jamur yang masih belum mekar karena akan sulit menganalisis bentuk fisik jamur.
Jamur yang tidak dapat dimakan biasanya tumbuh di area yang kotor dan berbau seperti pada kotoran sapi. Jamur tersebut sering disebut sebagai magical mushroom karena bisa membuat seseorang yang memakannya mengalami halusinasi yang bisa membahayakan diri sendiri.
Konsumsilah jamur yang masih segar dan tidak menunjukkan adanya bagian yang terdekomposisi oleh ulat atau larva lainnya. Usahakan mengonsumsi jamur dalam keadaan sudah dimasak.
Jamur liar yang beracun dan mudah ditemui biasanya adalah amanila, phallaoiwwdes, dan Omphalotus olearius.