Hidroponik menjadi salah satu bukti kecanggihan teknologi pertanian tanpa harus menggunakan tanah. Sebagai gantinya, tanaman memerlukan penggunaan air dalam jumlah cukup banyak. Namun, para peneliti dari Jepang punya cara menanam yang lebih menarik, tanpa air dan hemat air, yakni Film Farming
Dalam teknologi film farming, media tanam yang dipakai bukan berupa tanah. Anda juga tidak akan menjumpai media tanam seperti rockwool, arang sekam, spons, dan sebagainya yang kerap digunakan pada metode hidroponik. Sebagai gantinya, Anda bisa menjumpai sebuah lapisan tipis transparan hydro membrane yang terbuat dari polimer larut air.
Film polimer yang transparan, membuat para petani dapat melihat perkembangan tanaman dengan lebih jelas. Akar tanaman akan terlihat secara jelas. Selain itu, media tanam ini dapat dimanfaatkan untuk menanam beragam jenis tanaman, termasuk di antaranya adalah sayuran serta buah.
Gambar 1. Tampak tanaman yang menggunakan film polimer (sumber : Diginfo.tv)
Teknologi ini pertama kali dicetuskan oleh peneliti bernama Yuchi Mori yang mendirikan Mebiol pada tahun 1995. Ide pemanfaatan polimer sebagai media tanam didapatkannya dari pengalaman penggunaan teknologi polimer dalam berbagai keperluan di industri medis. Dari sana, dia memiliki ide terkait pemanfaatan metode ini dalam dunia pertanian.
Lapisan film polimer yang digunakan sebagai media tanam pada metode film farming berguna untuk memberikan beragam nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Lapisan polimer ini terbuat dari bahan hydrogel yang punya kemampuan dalam menyimpan air dan nutrisi untuk tanaman lewat pori-pori berukuran nano yang ada di dalamnya.
Penerapan metode penanaman ini juga cukup mudah. Seorang petani hanya memerlukan permukaan yang datar untuk dijadikan lokasi penempatan film polimer yang menjadi media tanam. Menariknya lagi, petani tidak akan membutuhkan tanah dalam pemanfaatannya. Dengan begitu, metode film farming dapat digunakan secara optimal dalam rumah kaca dengan skala besar.
Gambar 2 : Bahan Dasar Film Farming(Sumber : Diginfo.tv)
Metode pertanian tanpa menggunakan tanah dengan film farming juga sesuai dengan kebutuhan industri pertanian di era modern seperti sekarang. Saat ini, para petani mengalami kesulitan dalam menemukan lahan tanah berukuran luas. Selain itu, kualitas tanah juga terus mengalami penurunan seiring dengan penggunaan pupuk secara berlebihan.
Tak cukup sampai di situ, metode film farming juga mampu meminimalkan penggunaan air. Seperti diketahui, masalah ketersediaan air menjadi problem yang kerap dihadapi oleh para petani. Dengan metode ini, para petani bisa menghemat penggunaan air mencapai 90 persen. Petani pun tak perlu khawatir ketika menghadapi situasi kesulitan air seperti pada musim kemarau.
Film polimer yang dimanfaatkan pada metode penanaman canggih tanpa tanah dan hemat air dari Jepang ini juga menawarkan efektivitas tinggi. Metode penanaman canggih ini membuat tanaman lebih tahan terhadap hama. Bakteri serta virus mengalami kesulitan dalam menembus lapisan membran yang dipakai pada metode ini.
Gambar 3 : Tampak Belakang Film Farming (source : Diginfo.tv)
Metode penanaman ini telah digunakan di lebih dari 150 tempat di Jepang. Keberadaannya juga menjadi momen kebangkitan kembali industri pertanian Jepang setelah gempa bumi besar yang melanda negara ini pada tahun 2011.
1. Menggantikan tanah dan menggunakan air yang tidak banyak
2. Dapat digunakan dalam jangka panjang
3. Mengurangi sumber daya agar lebih efisien seperti air, pembibitan, fertilisasi dan tenaga kerja
4. Film membran sangat aman dari virus dan gangguan tanaman lainnya karena film membran tidak menyerap selain air.
Nah bagaimana menurut kamu? apakah inovasi teknologi seperti ini akan memajukan pertanian kita? Mari berdiskusi.