Home » Kongkow » Kuliner » Melestarikan Kuliner Tradisional Banyuwnagi Lewat Pasar Wit-Witan

Melestarikan Kuliner Tradisional Banyuwnagi Lewat Pasar Wit-Witan

- Selasa, 01 Oktober 2019 | 12:00 WIB
Melestarikan Kuliner Tradisional Banyuwnagi Lewat Pasar Wit-Witan

Banyuwangi tak pernah sepi dengan inovasi. Tentunya untuk melengkapi destinasi wisata, berbagai upaya dilakukan termasuk wisata kuliner. Yang terbaru, adalah Pasar Wit-witan. Berada di bawah pepohonan yang rindang, wisatawan bisa menikmati kuliner tradisional khas Banyuwangi. 

Pasar ini berada di Desa Singojuruh, Kecamatan Singojuruh Banyuwangi. Wisatawan bisa datang ke sini setiap hari Minggu. Banyak makanan langka yang jarang dijual di pasaran. 

Di antaranya adalah Geseng Methok, Rawon Alas, dan Sego Cawuk. Untuk minuman, mulai dari jamu hingga es cendol juga ditemukan di sini. Tak hanya itu, para pedagang makanan juga diwajibkan mengenakan busana adat khas masyarakat Using Banyuwangi.

Di pasar ini juga tak boleh ada wadah dan sampah plastik. Para penjual makanan menggunakan daun pisang hingga tempurung kelapa untuk makan dan minum. 

"Ini memang ketentuan yang sudah disepakati oleh panitia, yaitu ibu-ibu PKK Desa Alasmalang. Bahkan mereka sangat ketat, agar penjual tidak menggunakan tempat atau wadah dari plastik. Makanya bisa dilihat sendiri, untuk minuman menggunakan tempurung kelapa atau potongan bambu sebagai mangkok dan gelas. Juga Cobek dari tanah, dengan alas daun", ujar Moch. Lutfi, Camat Singojuruh Banyuwangi kepada detikcom, Minggu (29/9/2019). 

Menikmati aneka kuliner di masa lampau di tempat ini memang beda suasananya. Karena berada di kawasan hutan kecil yang penuh dengan pepohonan. Tempat duduk juga dari bangku bambu, sendok yang digunakan juga dari kayu.

"Alhamdulillah mendapat sambutan positif, karena pengunjung tambah banyak dan mereka yang ingin bergabung pun juga tambah banyak. Namun demikian, panitia tetap menyeleksi dengan ketat mulai dari olahan yang ditawarkan, hingga kemasan dan penampilan penjualannya," tambah Lutfi.

Adanya wisata kuliner baru ini dimanfaatkan oleh masyarakat dan wisatawan yang berkunjung di Banyuwangi. Salah satunya adalah Rohman, setiap kali bersepeda dirinya selalu mampir di masa Wit-witan ini. Alasannya, selain dekat dengan rumahnya, suasana seperti di hutan membuat dirinya kerasan.

"Geseng Methok, Rawon Alas, Sego Cawuk adalah makanan yang disuka keluarga saya. Selain minumnya dawet cendol, dengan mangkok dari tempurung kelapa dan sendok kayu. Bahkan banyak bersama saya antre tadi, adalah orang-orang dari luar Banyuwangi. Mereka kebanyakan datang ke Pasar Wit-Witan, setelah melihat gambar-gambar di media sosial yang diposting pengunjung lain", kata Rohman.

Sementara itu, Mamet, seorang aktifis kuliner yang berjualan Rawon Alas mengaku senang dengan adanya Pasar Wit-Witan. Selain bisa menyalurkan hobinya memasak, juga tertantang untuk menggali potensi masalah tempoe doloe di sekitar Singojuruh.

"Ada suatu daerah, yaitu Wijenan, Desa Singolatren yang terkenal masyarakatnya gemar memasak dan rasanya khas. Setelah dirunut, ternyata nenek moyangnya adalah mantan danyang juru masak Kedaton Macan Putih, sebuah kerajaan terakhir di Bumi Blambangan. Sampai sekarang keahlian memasak itu terus dipertahankan, sebagian bisa ditemui di Pasar Wit-Witan ini," ujar Mamet.

 

            

Cari Artikel Lainnya