Salah satu pilar fondasi pedagogi (ilmu pendidikan) abad 21 adalah berpikir kritis. Selain dari pendidikan karakter, gotong royong keluarga sekolah, kecerdasan jamak, dan penguasaan teknologi-informasi-komunikasi (TIK), berpikir kritis adalah kemampuan yang menjadi fokus dari lembaga-lembaga pendidikan di era abad 21.
Revolusi industri yang bergeser dari industri manufaktur atau berbasis pabrik kepada industri teknologi komunikasi atau jejaring memainkan peranan krusial dalam semakin besarnya porsi berpikir kritis dalam kurikulum pendidikan abad 21. Sekolah dan para pendidiknya wajib mengetahui dan memahami materi dan pendekatan ajar yang tidak hanya bernapaskan, namun juga menumbuhkembangkan kebiasaan praktik berpikir kritis para peserta didik.
Melalui artikel ini kita akan membahas secara singkat mengenai apa itu praktik berpikir kritis atau critical thinking dan ciri-ciri dari para pelakunya. Baik itu dalam tataran kelembagaan dan juga perseorangan, baik itu dari sudut pandang pembimbing atau fasilitator dan juga dari sudut pandang murid atau peserta didik. Mari kita mulai penjelajahan kita!
Praktik berpikir kritis adalah cara berpikir – tentang pelaku, sasaran, dan/atau isu-masalah apa pun – yang mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menganalisis, menilai, dan merekonstruksi sendiri pemikirannya tersebut.
Pemikiran kritis bersifat swadaya, pelaku dan sasarannya pertama-tama adalah diri sendiri, secara disiplin pemikir kritis akan mengawasi dan memperbaiki tindak dan pola pikirnya sendiri. Hal ini tentu saja mensyaratkan penerapan standar yang ketat secara sadar dan konsisten berkesinambungan. Berpikir kritis juga memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah, serta komitmen untuk mengatasi potensi dan keadaan egosentrisme dan sosiosentrisme pelakunya sendiri.
Intinya, berpikir kritis mengharuskan kita menggunakan kemampuan kita untuk berpikir. Ini adalah tentang menjadi pelajar aktif daripada penerima informasi yang pasif. Pemikir kritis secara ketat mempertanyakan gagasan dan asumsi daripada menerimanya tanpa tanya. Mereka akan selalu berusaha untuk menentukan apakah ide, argumen, dan temuan mewakili keseluruhan gambaran dan dengan terbuka menerima jika ternyata ada perbedaan atau kesilapan nilai. Pemikir kritis akan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara sistematis, bukan dengan intuisi atau insting.
Seseorang dengan kemampuan berpikir kritis akan mampu untuk
Keterampilan yang kita butuhkan untuk dapat berpikir kritis bervariasi dan termasuk observasi, analisis, interpretasi, refleksi, evaluasi, penyimpulan, penjelasan, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Secara khusus kita harus dapat:
Nah, demikian bahasan mengenai proses praktik berpikir kritis. Semoga artikel ini bisa membantu kamu yang sedang latihan untuk berpikir kritis. Jika masih mau membaca artikel menarik lainnya, segera kunjungi ya! Salam!