Kelapa sawit adalah salah satu komoditas penting di Indonesia. Hasil olahannya pun digunakan untuk bahan bakar minyak atau minyak untuk memasak.
Melihat pentingnya komoditas ini untuk masyarakat, mahasiswa Universitas Gadjah Mada berhasil mengembangkan sistem irigasi otomatis untuk menyesuaikan kebutuhan tanaman di areal perkebunan kelapa sawit.
Walau masih berupa prototipe atau contoh, namun alat ini memenangkan kompetisi bergengsi, Agribiz Challenge, yang digelar Desember 2016 itu.
Agribiz Challenge adalah event untuk memberikan penghargaan kepada kaum muda Indonesia yang memiliki inovasi teknologi di bidang agribisnis.
Sistem yang diberi nama 'AiRi' ini dikembangkan oleh Andrianto Ansari dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM. Dia berkolaborasi dengan beberapa alumni seperti Widagdo Purbowaskito, Yusafat Fawzi, dan Dualim Atma serta Muhammad Gufron Mustaqim dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
"AiRi merupakan teknologi otomatisasi untuk irigasi pada pembibitan kelapa sawit yang mengombinasikan hardware dan software yang bekerja secara real time," kata Andriato yang tergabung dalam tim Merapi Tani Instrument (Mertani) Indonesia, dilansir dari Suara Merdeka, Senin 9 Januari 2017.
Dia mempaparkan, pengembangan alat ini berawal dari keprihatinannya melihat sistem irigasi tradisional yang masih saja dipakai para petani pada 2012.
Dia menilai, irigasi manual tersebut kurang efektif karena membutuhkan banyak tenaga dan waktu dalam pengerjaannya.
Dia berharap, alat itu tidak hanya mengurangi pengeluaran biaya dan tenaga, namun juga bisa mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dan menghemat penggunaan air.
Teknologi otomatisasi irigasi ini, katanya, menggunakan sensor nutrisi, sensor lengas tanah, serta sensor iklim mikro berbasis jaringan nirkabel. Melalui sensor-sensor itu dapat diketahui kondisi kelembaban tanah, nutrisi, dan iklim di area perkebunan.
Alat ini juga dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber energi dalam pengoperasian sistem irigasi ini. “Alat ini bekerja secara otomatis saat tanaman membutuhkan air,” ujar pria asal Sedayu, Bantul itu.
AiRi bekerja dengan mengalirkan air irigasi otomatis saat tanaman membutuhkan air melalui pendekatan titik layu. Kemudian irigasi akan berhenti otomatis saat tanah mencapai kapasitas lapang lewat pembacaan skor lengas tanah.
"Dengan begitu sistem otomasisasi irigasi ini mampu menghemat penggunaan air," jelasnya.
Walau masih berupa contoh saja, namun sistem ini sudah diaplikasikan di beberapa tempat. Salah satunya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dan diujicobakan di kebun Tembakau PTPN X Klaten.