Setiap tahunnya, Presiden Republik Indonesia pada momen peringatan hari pahlawan 10 November selalu menobatkan anak bangsa untuk menjadi pahlawan nasional.
Bila tahun lalu Presiden Joko Widodo menobatkan lima orang tokoh sebagai pahlawan nasional, tahun 2016 ini presiden hanya meresmikan predikat pahlawan pada satu orang sosok yang bernama KH. As'ad Syamsul Arifin.
Seorang ulama berdarah Madura yang sangat dikenal berkat kisahnya merangkul para bandit di daerah Situbondo untuk turut memperjuangkan kemerdekaan.
Menurut kisah-kisah yang dituturkan santri dan muridnya, Kyai As'ad merupakan ulama karismatik yang tidak pernah memandang rendah seseorang.
Seperti ketika beliau mendatangi rumah seorang bandit besar di daerah Besuki, Kabupaten Situbondo. Diceritakan bahwa saat itu sang Kyai malah mengajak si bandit untuk meramaikan sebuah masjid disekitar sana.
Dengan cara-cara yang persuasif dan tidak menyinggung keburukan, akhirnya bandit tersebut luluh dan mau untuk menuruti kemauan Kyai. Lambat laun, masjid tersebut menjadi ramai dan warga sekitar berdatangan untuk beribadah di sana.
Kyai As'ad mulai mendalami ilmu agama sejak usia 13 tahun. Kala itu dia menjadi santri di Banyuanyar di bawah asuhan Kiai Abdul Majid dan KH Abdul Hamid. Saat umurnya menginjak 16 tahun, As'ad muda dikirim oleh ayahnya untuk belajar di Mekah.
Di tahun 1924, As'ad kembali ke Indonesia namun masih merasa ilmu agama yang telah dipelajarinya masih kurang. Sehingga beliau memutuskan untuk mencari ilmu di beberapa pesantren di Tanah Air.
Dari sekian banyak pesantren yang dia hadiri untuk mencari ilmu, kabarnya kepribadian Kyai As'ad lebih banyak ditempa di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur yang dibina oleh KH Hasyim Asy'ari pendiri Nahdhatul Ulama (NU).
Di bawah asuhan Kyai Hasyim, As'ad tumbuh di lingkungan santri pejuang. Dia berteman baik dengan para tokoh perjuangan seperti KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Abbas Buntet, KH Wahid Hasyim, dan beberapa lainnya.
Sosok KH. As'ad Syaiful Arifin (Foto: nuhagroup.blogspot.com)
Dalam cerita lain, Kyai As'ad menggunakan kedekatannya dengan para bandit untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Para bandit tersebut tergabung dalam barisan perjuangan di Jawa Timur bernama Pelopor dibawah komando Kyai As'ad yang juga merupakan salah satu tokoh penting dalam Laskar Sabilillah dan Hizbullah serta di kawasan Tapal Kuda, Jember.
Barisan Pelopor diceritakan gemar berpakaian serba hitam. Mereka menggunakan senjata clurit, rotan dan keris sebagaimana ditulis Munawir Aziz dalam Buku Pahlawan Santri, Tulang Punggung Pergerakan Nasional.
Walau beranggotakan bandit dan jawara, semua orang di Barisan Pelopor tunduk pada Kyai As’ad. Mereka sangat menghormati sosok ulama yang menguasai ilmu agama, kanuragan hingga strategi militer.
Maka bersatulah preman dan santri untuk memperjuangkan tegaknya Republik Indonesia. Kiai As’ad saat itu menggunakan teknik perang khas Indonesia yakni teknik gerilya.
Berbagai misi untuk merebut senjata Belanda sukses dilakukan dengan teknik tersebut. Senjata yang direbut kemudian diberikan pada pasukan Kyai As’ad lainnya lewat hutan.
Kemudian disembunyikan di lumbung padi, masjid atau ditimbun di kuburan. Hal ini terus dilakukan sampai Belanda pergi dari Indonesia di tahun 1949.
Gelar pahlawan nasional bagi Kyai As'ad bukan semata karena perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan tetapi juga karena perannya dalam membangun masyarakat lewat pondok pesantren.
Beliau berjuang memberantas kebodohan di wilayah Situbondo lewat pondok-pondok pesantren yang dibinanya. Bahkan saat ini para santri beliau juga mengikuti jejak sang Kyai dengan mendirikan berbagai pondok pesantren di banyak tempat.
Secara simbolis kemudian gelar pahlawan diberikan oleh Presiden Joko Widodo pada hari Rabu (9/11) yang lalu dan diterima oleh cucu Kyai As'ad, KH. Azaim Dofir.
“Perang itu harus menegakkan agama dan merebut negara. Kalau hanya merebut negara, hanya mengejar dunia, akhiratnya hilang. Niatlah menegakkan agama dan membela negara sehingga kalian akan mati syahid." - KH. As'ad Syamsul Arifin -