Merespons isu lingkungan tanpa meninggalkan simbol-simbol identitas, deretan bar di Italia mulai menggantikan sedotan plastik dengan sedotan pasta. Inovasi ini dikatakan sangat mungkin jadi alternatif di tengah kebutuhan akan bahan-bahan lebih ramah lingkungan.
Beberapa waktu lalu, salah satu pengguna Reddit GranFabio bercerita tentang bar-bar di Negeri Pizza yang tengah mempopulerkan sedotan pasta. Tren ini tengah digalakkan bersamaan dengan pengurangan pemakaian gelas plastik.
Komitmen ini didukung dengan keberadaan perusahaan yang memproduksi sedotan pasta, Stroodles. Melansir dari Bored Panda, Rabu, 9 Oktober 2019, pihaknya menjelaskan, sedotan psta bisa bertahan lebih dari satu jam setelah dicelupkan ke minuman dingin.
Makin dingin minumannya, makin lama sedotan pasta bisa bertahan. Sementara, untuk minuman panas memang tak direkomendasikan diminum dengan sedotan, lantaran dapat membuat lidah terbakar.
"Setelahnya (sedotan pasta) bisa ditinggalkan untuk jadi kompos," tutur Founder Stroodles Maxim Gelmann. Pasta dpilih sebagai bahan baku, bukan karena sudah sangat lekat dengan Italia, tapi juga dikenal hampir semua orang di dunia.
"Jadi, kami bisa menyolek mereka yang paparan informasinya cenderung rendah tentang produk ramah lingkungan," tambahnya. Maxim mengatakan, sedotan pasta hanya langkah awal perusahaannya melawan penggunaan plastik sekali pakai.
Kampanye penggantian sedotan pastik dengan ragam material ramah lingkungan sebenarnya sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu. Beberapa alternatif yang sudah umum adalah sedotan stainless, sedotan bambu, dan sedotan kertas.
Gerakan tak lagi menggunakan sedotan plastik tak hanya didorong indvidu, tapi juga restoran besar macam McDonald's, KFC, maupun Starbucks. Beberapa kedai kopi lokal juga mendorong pengurangan pemakaian sedotan plastik.
Ramai movement ini membuat opsi sedotan lain muncul. Selain pasta yang telah diulas di atas, ada juga kafe di Filpina pakai daun kepala sebagai pengganti sedotan plastik.
Ide pemakaian daun kelapa yang disebut lukay oleh warga setempat muncul setelah manager cafe Sarah Tiu berkunjung ke kawasan Corregidor Island, Siargao. Saat itu, Sarah membeli air kelapa dari pedagang lokal. Alih-alih diberi sedotan plastik, ia justru disodori daun kelapa yang dibentuk menyerupai sedotan.
Ia mengaku tertarik dengan ide ini dan minta diajari cara pembuatannya oleh warga setempat. Sejak saat itu, sedotan daun kelapa mulai rutin digunakan di Cafe Editha. Sarah dan pegawainya membuat sedotan sendiri setiap pagi. Dibutuhkan waktu kurang dari dua menit untuk membuat satu sedotan dari daun kelapa.