Home » Kongkow » Inspiratif » Kisah Pendaki Cilik Yang Berhasil Capai Puncak Carstensz

Kisah Pendaki Cilik Yang Berhasil Capai Puncak Carstensz

- Selasa, 18 Juli 2017 | 15:53 WIB
Kisah Pendaki Cilik Yang Berhasil Capai Puncak Carstensz

 Air mata haru dilepaskannya saat berhasil menapaki Puncak Carstensz, salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Hanya satu kata yang terucap dari bibirnya kala itu, yakni Allahuakbar. Tidak hanya itu, rasa kagum pun meliputi keharuannya di atas puncak tertinggi itu. 

Khansa Syahlaa, seorang anak perempuan berusia 11 tahun itu berhasil melewati berbagai rintangan dan mengalahkan ketakutannya saat itu untuk mencapai Puncak Jaya. Badannya yang terbilang kecil mungkin membuat sebagian orang tidak percaya akan kekuatan dan keberaniannya mengarungi pendakian yang dimulai sejak 7 hingga 17 Juli tersebut.

Puncak Carstensz yang berada di Pegunungan Sudirman, Papua merupakan gunung dengan ketinggian mencapai 4884 meter di atas permukaan laut (mdpl).

"Berkali-kali ditanya (lanjut mendaki atau tidak) tetapi saya minta untuk tetap lanjut karena kan sudah jauh ke sini (Pegunungan Sudirman) tetapi kalau tidak sampai puncak rasanya sakit juga. Ini memang mimpi saya dari dulu, pokoknya Carstensz," tuturnya.
Sebagai salah satu Seven Summit di Indonesia memang tidak sembarang orang dapat mencapai puncaknya. Selain karena biayanya yang terbilang mahal, pendakian mencapai Puncak Carstensz dinilai sebagai yang tersulit karena medan yang ekstrem dan cuaca yang sering berubah-ubah.

Perempuan yang baru saja menginjak kelas enam sekolah dasar tersebut merupakan salah satu orang yang beruntung. Dengan didampingi oleh ayahnya, Aulia Ibnu, dan tiga pemandu lainnya yang merupakan alumni Mapala UI dan Trupala SMA Negeri 60, Khansa mampu mengalahkan ketakutannya.

Khansa mengatakan, pendakiannya memang tidak mudah untuk dilaluinya karena ada badai dan cuaca dingin yang menerpanya. Dia mengaku, sepanjang jalan tak urung air mata jatuh di pipinya karena banyaknya rintangan yang harus dilewati. 

"Saat mendaki, cuaca di sana lagi kurang bagus, jalan di sana ada yang vertikal masih tebing gitu ada sekitar 30 meter yang berat banget dan pas itu juga kena hujan salju dan itu berat sekali. Belum lagi lewatin Burma Bridge yang harus gunakan satu tali yang lumayan menantang dan harus loncat dari satu celah ke celah lainnya dan sempat jatuh juga," ujarnya usai konferensi pers di Restoran Rarampa, Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (18/7).

"Sepanjang jalan ada saja saya menangis tapi sehabis itu harus kembali semangat lagi," ucapnya kemudian.

Menghadapi cuaca yang begitu dingin, Khansa pun menggunakan lima lapis pakaian yang terdiri dari kaos, jaket dan jas hujan. Dirinya pun kerap ketakutan dengan penyakit hipotermia yang biasa menerpa kala di gunung akibat cuaca yang dingin.

Melihat kondisi fisiknya yang mulai lemah, beberapa kali sang ayah menanyakan keinginan Khansa apakah ingin tetap melanjutkan perjalanan atau berhenti. Namun, Khansa yang sudah berlatih selama empat bulan memilih untuk tetap melanjutkan perjalanannya.


Khansa pun sampai di Puncak Carstensz pada 14 Juli sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Rintangan tidak lantas terhenti sampai situ. Perjuangan pun masih harus dilakukan saat turun dari puncak.

"Waktu itu karena sudah malam dan hujan, kami harus melewati air terjun dan badan basah semua, tangan pun sudah beku dan tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Saya takut kena hipotermia makanya hanya boleh berhenti istirahat sekitar 10 detik lalu melanjutkan perjalanan lagi," tuturnya.

Tidak kapok, Khansa mengaku, dirinya ingin melanjutkan pendakian ke gunung-gunung yang tinggi lainnya seperti Gunung Leuser di Aceh dan Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Saat ini, sebanyak 16 gunung di Indonesia beserta Puncak Cartstensz telah berhasil dilalui oleh Khansa.

Bukan yang pertama

Pengalamannya mendaki gunung bukanlah yang pertama kali untuk Khansa. Sejak 2015, sang ayah telah mengenalkan dunia pendakian kepadanya. Pertama kali, Aulia membawa Khanza ke Gunung Bromo di Jawa Timur.

Aulia mengatakan, saat itu tujuannya untuk membangun karakter Khanza. Hal itu karena Khansa masih menjadi seorang anak yang penakut, tidak percaya diri dan tidak berani. Meski demikian, Aulia tidak memaksakan anaknya untuk ikut mendaki saat itu.

"Saya mengajak Khansa pertama kali ke Gunung Bromo tapi bukan memaksa anak untuk mendaki gunung melainkan untuk membentuk karakter anak," ujarnya.

Pada April 2015, Khansa berhasil mencapai Gunung Semeru dilanjutkan Agustus 2015 dirinya berhasil menapaki Gunung Rantemario di Sulawesi. Tahun berikutnya tepatnya Maret 2016, dirinya menapaki Gunung Kerinci di Sumatera. 

Tidak hanya itu, pada Juli 2016 dirinya menapaki Gunung Binaiya di Kepulauan Maluku dan dilanjutkan dengan Gunung Rinjani di Kepulauan Nusa Tenggara dan Bali. Pada November 2016, dirinya pun mencapai Gunung Bukit Raya di Kalimantan.

Aulia mengaku, dirinya memang menjadi mentor dan pelatih untuk Khansa. Hal itu tidak lepas dari pengalamannya sebagai seorang pecinta alam. "Saya menjadi pelatih serta mentor untuk Khansa karena pendakian itu membutuhkan pelajaran teknik dan pemanasan," ucapnya

Cari Artikel Lainnya