Gula tidak hanya ada dalam secangkir teh atau kopi. Gula juga ditemukan dalam berbagai makanan sehari-hari Anda, termasuk di dalam buah. Tubuh memerlukan asupan gula untuk menghasilkan energi. Namun, apa jadinya jika Anda mengalami alergi gula? Ya, alergi gula adalah suatu hal yang mungkin saja terjadi. Apa penyebabnya?
Sistem kekebalan tubuh melindungi Anda dari agen-agen asing (seperti bakteri dan virus) yang dapat membahayakan tubuh. Sistem kekebalan ini bisa mengetahui mana zat yang baik dan yang jahat bagi tubuh.
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya walaupun sebenarnya tidak berbahaya. Ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara abnormal terhadap sesuatu yang Anda makan atau minum, ini dikenal sebagai alergi makanan.
Gejala alergi makanan bisa sangat berbeda-beda pada setiap orang, bahkan tergantung dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Gejala alergi makanan yang paling umum terjadi termasuk bersin atau batuk-batuk, sesak napas, kulit biduran, hidung meler, bengkak (pada wajah, bibir, dan/atau lidah), mata merah dan gatal, hingga muntah atau diare. Gejala alergi makanan yang parah disebut reaksi anafilaktik, dan ini bisa berakibat fatal. Reaksi anafilaktik membutuhkan pertolongan medis darurat.
Dilansir dari Medical News Today, alergi gula bukanlah sebuah kondisi medis nyata. Yang ada adalah intoleransi gula. Masyarakat awam masih sering keliru dalam membedakan keduanya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, alergi makanan terjadi ketika sistem imun tubuh melawan zat yang seharusnya tidak berbahaya — dalam hal ini, makanan. Ketika makanan pemicu alergi masuk ke dalam tubuh, sistem imun akan melepaskan senyawa kimia bernama histamin, yang menyebabkan timbulnya gejala alergi.
Banyak orang yang mengira bahwa dirinya mengalami alergi gula, karena kebetulan makanan yang dikonsumsi terasa manis atau mengandung gula. Padahal kemungkinan besar ada zat tertentu di dalam makanan tersebut yang menjadi alergen atau pemicu alergi. Beberapa makanan pemicu alergi yang patut Anda ketahui adalah telur, susu, kacang, gandum, dan makanan laut. Reaksi alergi yang Anda alami setelah makan muffin cokelat bukan berasal dari gulanya itu sendiri, melainkan dari telur yang dipakai saat mengolahnya.
Di sisi lain, jika Anda mengalami serangkaian gejala seperti mual, diare, perut kembung, mual, masuk angin, kram atau sakit perut setelah mengonsumsi makanan atau minuman manis, ini bisa menandakan Anda punya intoleransi gula. Intoleransi gula adalah hal yang umum.
Salah satu contoh intoleransi gula adalah intoleransi laktosa. Menurut National Institutes of Health ada 65 persen orang di seluruh dunia yang mengalami intoleransi laktosa. Laktosa adalah gula yang ditemukan di dalam susu, sehingga membuat seseorang sulit mencerna laktosa.
Intoleransi gula tidak melibatkan respon sistem kekebalan tubuh seperti yang terjadi pada alergi. Seseorang yang intoleran terhadap gula hanya akan mengalami kesulitan mencerna atau mengolahnya. Kesulitan mencerna gula ini akan menyebabkan berbagai masalah pencernaan, dari tingkat yang ringan sampai yang parah. Gejala intoleransi gula termasuk kelelahan, kram perut, kembung, mual-muntah, dan diare.
Saat tubuh mencoba mencerna gula, seseorang mungkin akan mengalami gejala intoleransi gula beberapa menit sampai beberapa jam setelah makan gula. Sementara reaksi alergi makanan biasanya langsung terjadi setelah asupan pertama.
Jika Anda mengalami intoleransi gula, mau tidak mau Anda harus menghindari makanan yang menjadi pemicu gejalanya. Hindari produk makanan yang mengandung tinggi gula. Sebagai gantinya, Anda bisa menggunakan pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, sukralosa, dan stevia.