Sosok Dwi Hartanto sempat mencuri perhatian di Tanah Air beberapa waktu silam. Dia mengaku memiliki sejumlah prestasi di bidang kedirgantaraan. Sampai ada yang menjuluki ilmuwan muda ini sebagai The Next BJ Habibie.
Dwi Hartanto mengaku tengah merancang jet tempur generasi keenam yang akan jauh lebih canggih dibanding pesawat jet saat ini. Dia juga mengaku memenangkan lomba riset Space craft and Technology di Jerman dan mengalahkan sejumlah ilmuwan dari negara lain.
Baru saja pada perayaan HUT RI ke-72, 17 Agustus kemarin KBRI di Den Haag memberikan penghargaan kedirgantaraan pada kandidat Doktoral di Technische Universiteit Delft ini.
Namun hal tersebut rupanya memancing kecurigaan pada sejumlah rekan Dwi di Perhimpunan Pelajar Indonesia Delft. Penelusuran mereka ada beberapa kejanggalan. Satu per satu kedok Dwi pun terbongkar.
Puncaknya, KBRI Den Haag mencabut penghargaan yang kemarin diberikan. Mereka tak menyebut secara jelas apa penyebab dicabutnya penghargaan tersebut. Dubes I Gusti Agung Wesaka Puja hanya menyampaikan ada beberapa hal yang terjadi di luar praduga dan itikad baik dan mengharuskan penghargaan tersebut dicabut.
"Keputusan Kepala Perwakilan Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda Nomor SK/023/KEPPRI/VIII/2017 tentang Penghargaan kepada Dr. Ir. Dwi Hartanto dicabut dan dinyatakan tidak berlaku," tegas Dubes RI di Denhaag melalui halaman resminya.
Dwi Hartanto akhirnya menyampaikan permohonan maafnya. Dia mengakui memberikan informasi yang tidak benar, tak akurat dan cenderung melebih-lebihkan. Khususnya soal prestasinya di bidang dirgantara dan keilmuan soal roket.
"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya," kata Dwi seperti dimuat dalam halaman PPI Delft.
Beberapa klarifikasi yang disampaikan Dwi Hartanto antara lain soal latar belakangnya. Dwi mengaku dia bukanlah lulusan Institut Teknologi Tokyo, Jepang. Namun lulus S1 dari Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Dwi juga menjelaskan dirinya memang benar menempuh S2 dan S3 di TU Delft.
"Posisi saya yang benar adalah kandidat Doktoral di TU Delft. Informasi mengenai posisi saya sebagai Post-Doctoral maupun Assitant Professor adalah tidak benar," beber Dwi.
Tak benar juga dia adalah kandidat Doktor di bidang space tecnology and rocket science. Yang benar adalah di bidang Interactive Intelligence (Departemen Intelligent System).
Kebohongan Soal Roket dan Jet Tempur
Di beberapa situs berita tanah air, Dwi disebut-sebut membuat roket TARAV7S yang merupakan proyek dari Kementerian Pertahanan dan Belanda dan Pusat Kedirgantaraan dan Antariksa Belanda. Diakuinya kemudian, roket TARAV7S itu tak pernah ada.
Dia hanya membuat Roket DARE Cansat 7S yang merupakan proyek amatir roket mahasiswa di Delft. Bukan pula proyek dari Dutch Space atau Airbus Defence. Mereka hanya sponsor yang memberikan bimbingan serta bantuan dana.
Yang mengejutkan, informasi yang disampaikannya soal pesawat jet tempur generasi keenam itu pun rupanya hanya karangan Dwi belaka.
"Informasi saya sedang mengembangkan pesawat tempur generasi keenam itu tidak benar. Informasi saya dan tim diminta untuk mengembangkan pesawat tempur Euro Typhon di Airbus Space and Defence menjadi Euro Typhon NG juga tidak benar," akunya.
"Teknology Lethal Weapon in the Sky dan klaim beberapa paten teknologi adalah tidak benar dan tidak pernah ada," lanjutnya.
Foto editan soal kemenangan di Jerman
Dwi juga mengaku sebenarnya tak pernah menang lomba bergengsi soal antariksa di Jerman. Ternyata dia mengedit foto dirinya tengah memegang plakat hadiah lomba dengan nominal 15.000 Euro.
"Saya mengakui bahwa ini adalah kebohongan semata. Foto tersebut saya posting di media sosial dengan cerita soal kemenangan saya," akunya.
Begitu juga dengan berita pertemuannya dengan BJ Habibie. Dwi mengaku bukan BJ Habibie yang mengajaknya untuk bertemu, melainkan dia meminta bantuan KBRI untuk dipertemukan dengan BJ Habibie.
Dia mengakui juga tak pernah diwawancara stasiun TV Belanda dan mengakui kebohongan soal ditawari pindah kewarganegaraan karena prestasinya.
Saat ini Dwi mengaku tengah menunggu keputusan resmi dari kampusnya soal deretan kebohongan yang telah dia lakukan.