Virus corona yang belakangan ini membuat cemas warga dunia ternyata juga memiliki kemungkinan untuk menyerang anak-anak. Bahkan dilansir dari Asia One, tiga orang pertama di negara tetangga, Malaysia, yang diketahui terpapar virus corona pada tanggal 25 Januari 2020 ini merupakan seorang nenek berusia 65 tahun dan dua orang cucunya yang berumur 11 tahun dan 2 tahun. Sebelumnya pada tanggal 22 Januari 2020, suami dan anaknya dikabarkan sudah positif terjangkit virus setibanya dari Wuhan ke Singapura dan saat ini sedang dirawat di Singapura. Kabar terbaru juga menyebutkan, seorang bayi sembilan bulan asal Beijing dilaporkan sebagai pasien novel coronavirus termuda, seperti dikutip dari laman Kumparan.
Mendengar berita tersebut, para orang tua mungkin jadi khawatir karena letak Malaysia dan Singapura yang berdekatan dengan Indonesia dan korbannya merupakan anak-anak. Namun ternyata, dilansir dari Hello Sehat, ibu sebaiknya tak buru-buru panik dulu karena kabarnya, kasus virus corona ini tergolong jarang ditemui pada anak. Simak ulasan selengkapnya!
Dilansir dari Hello Sehat, sebuah penelitian pada tahun 2010 dari Emerging Infectious Diseases menyatakan bahwa virus corona sangat jarang terjadi pada anak. Bahkan menurut CDC, pada kasus SARS korban anak-anak kurang dari 5% dari keseluruhan kasus. Para peneliti juga menyebutkan bahwa anak-anak yang terjangkit virus corona hanya akan mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) ringan.
Biasanya sebagian besar rumah sakit akan melarang anak-anak di bawah umur untuk berkunjung. Dilansir dari sumber yang sama, ternyata rumah sakitlah yang berpotensi untuk menularkan wabah ini sehingga orang dewasa akan lebih mungkin terjangkit. Selain itu, anak yang berusia 2,5 sampai 3,5 tahun juga memiliki antobodi terhadap virus corona sehingga kasus ini jarang terjadi pada mereka.
Anak yang terpapar virus ini ternyata memiliki gejala yang tak jauh berbeda dengan mereka yang terkena flu biasa. Biasanya gejalanya terjadi tak jauh dari dua sampai empat hari setelah terdampak virus ini. Orang tua bisa mulai waspada apabila terdapat tanda-tanda seperti bersin dan batuk, hidung meler, demam tinggi dengan angka 38°C, irama pernapasan yang lebih cepat, sakit tenggorokan, dan asma.
Namun, sebaiknya orang tua tidak perlu panik jika sebelumnya anak tidak berinteraksi dengan orang yang terpapar virus ini atau bepergian ke wilayah yang sudah terpapar dengan penyakit ini. Jika anak menunjukkan gejala-gejala tersebut, orang tua bisa berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat dan jika ada penyakit bisa lekas dideteksi.
Dilansir dari Liputan6, wakil ketua tim dokter penanganan penyakit infeksi menular khusus, Anggraeni Alam menyatakan bahwa pola hidup sehat perlu diterapkan untuk mencegah penyakit ini. Anak yang banyak melakukan kegiatan hendaknya selalu mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan sesuatu. Pada bayi, orang tua bisa melakukan pencegahan dengan mempertimbangkan keadaan bayi dan kondisi di luar saat mengajak bayi ke tempat umum. Pun sebaiknya orang tua tidak asal memberikan anak ke orang lain untuk digendong dan dicium. Saat masuk lift, jika ada yang bersin-bersin atau tampak flu sebaiknya bayi tidak diajak masuk lift tersebut.
Meskipun virus ini terdengar mengerikan, namun kamu tidak perlu panik jika tidak ada yang terjangkit di sekitarmu dan kamu tak sedang mengunjungi tempat yang terdampak. Lagipula dilansir dari BBC, walaupun virus ini belum ada obatnya namun angka kematian cukup rendah dan lebih banyak orang yang bisa disembuhkan setelah terjangkit. Beberapa kasus pasien yang meninggal juga disebabkan oleh faktor lain seperti usia yang sudah tua dan penyakit yang sebelumnya sudah ada. Meski demikian, para orang tua tetap harus waspada dan wajib selalu menjaga kesehatan dan kebersihan diri dan anak, terutama jika habis bepergian ke luar rumah. Stay safe!