Berawal dari aturan sekolah yang tidak membolehkan pemakaian kantong plastik, tiga siswa SMA Al Ma’soem berupaya keras menyiasati penggunaan kantong plastik. Lahirlah ide membuat kantong plastik dari bahan organik yang ramah lingkungan, cepat hancur, bahkan bisa dimakan.
Ketua Tim Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Al Ma’soem Science Club (ASIC), Syauqiyyah Syala dan didampingi dua anggotanya, Syifa Nurul dan Rafi Adzkia, Sabtu 14 Oktober 2017 mengatakan: Pada Agustus lalu kami bertiga berdiskusi bagaimana membuat kantong plastik dari bahan organik. Syala menambahkan, para siswa kesulitan membawa makanan dari kantin ke kelas akibat aturan tidak boleh memakai kantong plastik. Padahal, jarak kantin dengan kelas juga cukup jauh. Dari sebatas obrolan akhirnya merumuskan penelitian membuat kantong plastik dari bahan organik.
Tim KIR ASIC akhirnya menentukan bahan pembuat plastik organik dari air kelapa karena mudah didapat dan murah harganya. Cara pembuatan plastik dari air kelapa sama dengan cara membuat nata de coco. Jadi, air kelapa satu liter disaring agar tak ada kotorannya lalu direbus. Saat merebus itu dimasukkan bahan lain seperti gula pasir, cuka, dan pupuk ZA sekitar 5 persen dari jumlah air kelapa. Diaduk harus 60 kali lalu dituangkan ke wadah yang lebar karena nantinya akan dicetak sebagai plastik. Ketika didinginkan di wadah diberi aceto bacteria yang bisa dibeli di toko kimia.
Nata de coco tersebut lalu ditutup dengan kertas koran dan didiamkan selama tujuh hari. Setelah menjadi lembaran lalu dicuci sampai bersih. Proses selanjutnya, lembaran nata de coco ditekan dengan mesin hot press sehingga menjadi tipis layaknya plastik. Setelah menjadi plastik yang warnanya kecokelatan, tim KIR ASIC melakukan uji tarik memakai tangan dan alat universal tensile strength untuk mengetahui kekuatan plastik. Kami juga mencocokkan mutu plastik nata de coco dengan standar nasional Indonesia (SNI) yang ternyata hasilnya memenuhi. Sebab, plastik cukup kuat dan tak mudah robek.
Plastik dari nata de coco, merupakan plastik organik sehingga bisa dimakan. Namun karena sudah terkena banyak tangan sehingga ada rasa jijik meskipun bisa dimakan. Hasil penelitian tersebut lalu diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dalam Agroforce Fakultas Pertanian (Faperta) Unpad pada Sabtu 7 Oktober lalu dan meraih juara pertama.