Banyak yang beranggapan menjadi atlet esport mudah. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Setidaknya itu berdasarkan pengamatan DR Hari Santosa Sungkari, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Dia melihat gamer yang memainkan game RPG harus belajar agar bisa menang pertandingan.
"Apa yang saya pelajari dari mereka (atlet esport) game literasi ratenya tinggi, itu positifnya. Mereka harus membaca, mereka harus mencari sumber-sumber. Karena mereka tidak percaya dengan satu sumber saja, agar tidak gampang kena hoax," kata Hari, saat ditemui usai peluncuran Game Lord of Estera di Telkomsel Smart Office, Jakarta, Senin (30/9/2019).
"Kenapa mencari sumber lain, sebenarnya biar dapat cheat. Baca sana, baca sini," sambungnya sembari tertawa.
Selain membaca, atlet esport turut dituntut disiplin. Mengacu pada standard operating procedure (SOP) tim esport Mobile Legends melarang atletnya begadang ketika hendak bertanding. Semua dilakukan untuk menjaga kondisi tubuh agar selalu fit.
"Itulah kenapa kami dukung. Lewat esport kita belajar strategi, koordinasi, bukan sekadar tembak-tembakan. Meningkatkan literasi juga,"
Karena hal positif itulah, membuat Bekraf selalu mendukung segala kegiatan eSport. Seperti saat ini, mereka tengah menyiapkan Piala Presiden yang bakal dihelat 2020.
Bekraf akan memulai kick off pada 13 Oktober ini. Daerahnya kini ditambah, sebelumnya dari 8 kota menjadi 10 kota. Ini lantaran kesuksesan penyelenggaran sebelumnya.
"Kami tidak menyangka Piala Presiden kemarin ada 3.500 tim eSport yang ikut. Bahkan streamingnya tembus 5 juta yang menonton," ungkap Hari.
Menariknya pada Piala Presiden 2020 akan ada game lokal. Sayangnya belum membeberkan judulnya.
"Ada game lokal, tapi belum bisa diungkap," ujar Hari.
Ditegaskannya, seperti penyelenggaraan sebelumnya, Piala Presiden 2020 tidak menggunakan dana APBN. Sehingga Hari yakin turnamen ini ataupun eSport lain bisa mandiri selayaknya sepak bola.
"Seperti sepak bola menjadi industri sendiri. Pemerintah hanya mendukung," pungkas Hari.