Mengajar sekolah Indonesia di Singapura adalah pengalaman sangat berharga bagi Puput Pujianti. Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu mendapat pengalaman mengajar ketika mengikuti program PPL luar negeri.
Puput menceritakan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah di bawah KBRI di Singapura. Di sana ia harus mengajar tujuh kelas.
“Di sekolah tersebut dari SD hingga SMA satu atap. Pembelajarannya lebih aktif karena jumlah siswanya lebih sedikit dan lebih banyak ke praktikum,” ujar Puput.
Karena nilai PPL Puput A, maka lulusan Jurusan Pendidikan Fisika yang baru mengikuti Yudisium ini diberi tugas untuk mengajar tujuh kelas dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Hebatnya, ia juga harus dapat mengajar dengan bahasa Inggris.
“Untuk tingkat SMP dan SMA saya mengajar menggunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris karena kebanyakan siswanya adalah anak keturunan Indonesia yang lahir di Singapura. Ada pula siswa keturunan Perancis, China,” lanjut gadis yang lulus dengan IPK 3,57 itu.
Namun, jika ada materi yang kurang jelas dalam bahasa Indonesia, Puput harus menerangkan dalam Bahasa Inggris. Puput mengajar sampai 7 kelas karena jumlah guru yang ada di sekolah tersebut memang hanya sedikit sedangkan kelasnya banyak.
Jadi satu guru dituntut bisa mengajar beberapa mata pelajaran. Di sekolah tersebut puput mengajar Fisika, IPA, dan PKn.
“Setiap hari Senin di sekolah tersebut dilaksanakan Upacara Bendera. Sedangkan untuk hari lain pagi hari dilaksanakan apel pagi. Setiap hari besar seperti Hari Jadi Pancasila, Hari Kartini juga dilaksanakan upacara”, pungkasnya.