Ayam mungkin sumber protein hewani paling populer di dunia. Berbeda dari daging babi dan sapi yang dilarang oleh beberapa agama dan kultur atau daging kambing serta seafood yang terlalu amis bagi sebagian orang, daging ayam itu umumnya disukai oleh semua orang. Harganya juga cenderung lebih murah jika dibandingkan dengan daging lainnya. Kalau zaman dulu sih yang namanya ayam itu ya ayam, semua sama saja. Tapi seiring perkembangan zaman dan industri ternak ayam, kita mulai mengenal istilah ayam kampung dan ayam broiler.
Yang satu tumbuh bebas berlarian di kampung, yang satunya lagi memang diternak dagingnya dan hampir tidak pernah meninggalkan kandangnya. Harganya pun jauh beda. Karena lebih ekonomis, franchise restoran ayam dunia hingga ibu rumah tangga biasa kini tampaknya lebih memilih ayam broiler. Namun tahukah kamu kalau di balik itu semua, ayam broiler sebenarnya tidak baik untuk kesehatan maupun lingkungan? Dan di bawah ini ada sederet fakta yang bisa jadi akan membuat kamu berpikir kembali untuk mengonsumsi ayam potong setiap hari.
Orang bilang zaman sekarang itu serba enak karena semua serba ada dan berlimpah. Dibandingkan masa perang dunia atau perang kemerdekaan yang makan sekali sehari aja sudah susah, sekarang sudah banyak restoran yang buka 24 jam. Tapi di sisi lain pernahkah kamu berpikir mungkin itu sesungguhnya bentuk kerakusan manusia yang mungkin sudah kelewat batas? Konsumsi berlebihan hingga para pelaku industri sampai harus mikir otak untuk menyediakan pasokan dengan cara yang lebih murah dan banyak.
Ya sah-sah saja sih jika caranya tetap etis dan tidak membahayakan kesehatan. Tapi jika dilihat dari realita peternakan ayam broiler atau pedaging, sepertinya kita semua harus mulai refleksi diri. Sebagai konsumen, kita bukan hanya harus ekonomis tapi juga pintar. Jika pola konsumsi kita terus seperti ini, jangan-jangan nantinya bakal ada ayam yang bisa gemuk hanya dalam waktu seminggu. ‘Kan ngeri!