Kanker paru merupakan jenis kanker yang angka harapan hidupnya rendah karena penyakitnya sering baru dideteksi di stadium lanjut. Kini tersedia pilihan pengobatan terbaru untuk kanker paru, yakni imunoterapi yang terbukti bisa meningkatkan harapan hidup pasien.
Di Indonesia, pengobatan kanker paru dengan imunoterapi sudah tersedia mulai bulan Juni 2017 di rumah sakit besar. Pengobatan ini mendapat persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk pengobatan kanker stadium lanjut lini kedua, atau setelah gagal dengan pengobatan lini pertama seperti pembedahan atau kemoterapi.
Menurut dr Sita Laksmi Andarini, PhD, spesialis paru, imunoterapi telah menjadi bagian penting dalam pengobatan kanker, malah potensinya lebih besar ketimbang pendekatan pengobatan yang ada sekarang.
"Dahulu imunoterapi dianggap remeh dan dianggap sebagai alternatif. Kini pengobatan ini sudah menjadi terapi standar. Bahkan di Amerika Serikat, FDA sudah menyetujuinya sebagai pengobatan lini pertama," ujarnya dalam acara temu media mengenai imunoterapi di Jakarta (16/6/2017).
Imunoterapi merupakan pengobatan kanker yang bertujuan mencegah interaksi antara sel T milik sistem imun dan tumor. Saat tumor dan sel T berinteraksi, sebuah protein di tumor yang disebut Programmed Death-Ligand 1 (PD-L1) melumpuhkan sel T sehingga sel-sel imun tidak dapat mengenali dan membunuh sel-sel kanker.
"Sebenarnya sel imun tubuh bisa membunuh sel kanker, tetapi sel-sel kanker sangat pintar, dia bisa membuat zat-zat yang melemahkan respon imun atau dengan cepat berganti bentuk sehingga sulit dikenali sel-T. Selain itu, sel kanker juga dapat mengelabui sel T. Melalui imunoterapi, interaksi ini dihambat sehingga sel T bisa mendeteksi dan mengenali sel kanker," kata dr Sita.
Obat anti PD-L1 Pembrolizumab merupakan pengobatan kanker paru yang memberi hasil signifikan. Percobaan klinis menunjukkan obat tersebut meningkatkan usia harapan hidup dan memiliki aktivitas anti-kanker yang kuat pada pasien kanker paru stadium lanjut.
Pengobatan imunoterapi hanya efektif pada pasien kanker yang memiliki ekspresi PD-L1 di atas satu persen. Hal itu menunjukkan adanya ekspresi sel kanker yang meradang sehingga efek yang diberikan lebih baik.
"Karena itu harus dicek dulu di laboratorium apakah ada ekspresi PD-L1. Sejauh ini di Indonesia laboratorium yang bisa melakukannya baru ada di RS Kanker Dharmais Jakarta," ujar dokter spesialis paru dari RS Persahabatan Jakarta ini.
Pemberian imunoterapi Pembrolizumab dilakukan melalui pemberian infus selama 30 menit setiap tiga minggu sekali. "Dibandingkan dengan kemoterapi, kualitas hidup pasien yang mendapat imunoterapi lebih baik," katanya.