Bila Anda memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner, seperti merokok, kegemukan, tekanan darah tinggi, dan riwayat keluarga. Hati-hati, bisa saja Anda berisiko terkena serangan jantung, lho!
Menurut Dr. dr. Ismoyo Sunu Sp.JP(K), Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), serangan jantung bisa terjadi kapan dan dimana saja, bahkan sering gejalanya tidak disadari.
“Umumnya, terjadi rasa nyeri di belakang tulang dada, disertai rasa dingin yang menjalar ke leher, seperti rasa ketakutan. Nah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah bersikap tenang, kemudian berbaring dengan posisi setengah duduk,” ujarnya saat konferensi pers Hari Jantung Sedunia di Gedung Ditjen P2PL Kemenkes RI, Jakarta, Kamis (22/9).
Penderita, lanjut dr Ismoyo, tidak boleh melakukan aktivitas apapun, termasuk makan atau minum. “Sengaja dibuat batuk juga tidak boleh, karena justru akan memperburuk keadaan. Minum juga tidak boleh, karena akan membuat paru-paru terendam, sehingga penderita malah kekurangan oksigen,” jelasnya dalam acara yang bertema "Power Your Life".
Tindakan yang harus segera dilakukan selanjutnya, menurut dr Ismoyo, adalah membawa penderita ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan pemeriksaan.
“Agar hasil pemeriksaan optimal, penderita harus dibawa maksimal 12 jam setelah serangan awal terjadi. Untuk pertolongan awalnya, bisa diberikan aspirin, guna mengencerkan darah atau mencegah terjadinya pembekuan darah saat terjadi serangan,” lanjutnya.
Bila kita sedang sendirian saat terjadi serangan, sambungnya, usahakan tetap tenang dan segera mencari pertolongan.
“Segera telepon teman yang lokasinya dekat atau bila sedang ada di kendaraan, bunyikan klakson untuk menarik perhatian orang di sekitar,” pungkas dr Ismoyo.