Banyak hal menarik yang bisa ditemui di area Pekan Kebudayaan Nasional 2019 yang berlangsung di Istora Senayan, GBK, Jakarta, termasuk mangga dari Desa Penggarit, Pemalang, Jawa Tengah. Lantaran bentuknya yang ranum dan wangi menggoda, banyak pengunjung tertarik mendekat ke stand penjual.
Mangga Istana namanya, tapi sebetulnya merupakan varietas mangga harum manis. Mulyadi, penjaga stand menerangkan, kondisi tanah setempat yang unik membuat mangga tersebut lebih enak dari mangga harum manis biasa.
Walaupun masih berwarna kuning, mangga tersebut sudah manis. Namun bila bersabar hingga warna daging buah oranye, rasa manisnya lebih keluar. Teksturnya juga lebih lembut.
Satu kilogram mangga Istana dihargai Rp30 ribu, isinya sekitar dua buah. Mangga kemudian dibungkus anyaman bambu. "Kita sudah tak menggunakan plastik. Ini lebih ramah lingkungan," ujarnya saat ditemui Senin, 7 Oktober 2019.
Mangga Istana dari Penggarit sudah tersohor hingga ke luar Pemalang. Ada dua jenis mangga yang dihasilkan, mangga super dan mangga biasa. Pesanan terutama datang dari Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Tak heran bila warga setempat banyak yang menjadikannya sebagai sumber pendapatan.
Desa Penggarit bahkan dijuluki sebagai kampung mangga lantaran banyaknya mangga yang dihasilkan. Menurut Mulyadi, dalam setahun mereka bisa panen hingga tiga kali.
"Kadang satu pohon bisa menghasilkan sampai satu ton," kata dia.
Kini, desa tersebut menjadi salah satu destinasi wisata edukatif. Apalagi, setelah festival mangga digelar setiap dua tahun sekali mulai 2016. "Festival mangga berikutnya jatuh pada 2020, sekitar bulan tujuh atau delapan. Biasanya kita bikin gunungan mangga, nanti direbutin masyarakat," ujarnya.
Imam Wibowo, Kepala Desa Penggarit, menerangkan mangga tersebut mulai marak ditanam masyarakat sejak 1992. Penanaman itu tak lepas dari isu politis.
"Dulu kan Golkar nomornya dua. Ada semacam bentuk kampanye oleh Golkar lewat pemberian bibit mangga harum manis. Satu kepala keluarga dapat dua bibit mangga harum manis, kemudian ditanam di depan rumah," tuturnya kepada Liputan6.com.
Lima tahun kemudian, pohon mangga mulai berbuah. Hasilnya saat itu memuaskan. Warga yang punya lahan akhirnya memutuskan menanam tanahnya dengan pohon mangga secara mandiri. Sekitar 40 persen warga Penggarit kini menggantungkan hidup dari mangga. Umumnya ditanam di lahan tadah hujan.
"Sekarang sudah ada sekitar 10 ribu pohon mangga," katanya.
Saking nikmatnya, mangga dari Penggarit sampai dilirik pihak Istana. Penamaan Mangga Istana juga berawal dari pesanan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri pada awal 2000-an.
Apakah yang membuat rasa Mangga Istana istimewa? Kuncinya berada di cara pemetikan. Menurut Imam, petani berkomitmen untuk hanya memetik mangga yang tua atau setidaknya 80 persen matang.
"Kalau masih di bawah 70 persen, rasanya asam," ucap Imam.