Pada sebuah pelatihan dengan guru-guru, seorang peserta bercerita tentang keluh kesahnya sebagai seorang guru. Ia bercerita, kalau ia selalu kesulitan menangani anak-anak. Terutama, anak-anak yang tergolong sebagai “anak nakal”.
Mereka susah sekali diatur, setiap hari pekerjaan mereka adalah mengganggu anak-anak lain yang sedang belajar. Ia sudah menasihatinya berkali-kali, tetapi tetap saja anak tersebut tidak mau menuruti kata-katanya. Rasanya, ia mau menangis jika harus mendidik anak tersebut.
Pada kesempatan lain, seorang guru yang lain bercerita bahwa ia sudah berusaha menggunakan berbagai strategi belajar mengajar yang ia ikuti di berbagai pelatihan dan juga buku-buku yang ia pelajari.
Tetapi tetap saja, siswanya tidak mau mengindahkan kata-katanya. Terkadang tidak memperhatikan, terkadang bermain sendiri. Pokoknya, mereka luar biasa bandelnya. Ingin rasanya memberi pelajaran dengan lebih keras kepada mereka. Tetapi, akhirnya ia menyadari bahwa menjadi guru memang butuh kesabaran yang luar biasa.
Seorang guru lain, kemudian mengeluhkan bahwa penghasilan yang diterimanya setiap bulan selalu tidak mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Setiap bulan, ia harus memeras otak dan mencari tambahan penghasilan ke sana ke mari untuk mencukupi kebutuhannya. Ia merasa sudah bekerja sangat keras, tetapi tetap saja penghasilannya tidak mencukupi.
Jika didaftarkan satu persatu, permasalahan guru di sekolah sebagaimana di atas mungkin tidak akan habis. Selalu ada permasalahan di setiap sekolah dengan karakter dan kondisi yang berbeda-beda. Jika kita sikapi persoalan itu sebagai suatu masalah yang besar, hal itu juga akan menjadi masalah yang besar. Sangat tergantung dari cara kita menyikapinya.
Beberapa hal di bawah ini bisa kita lakukan agar kita selalu berpikir positif setiap harinya. Pertama, pahami bahwa di setiap sekolah tempat kita mengajar selalu ada kekurangan dan kelebihan. Tidak ada satu sekolah pun yang sempurna sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mungkin di sini ada satu kelebihan, sementara di sisi lain terdapat kekurangan.
Saya beri satu contoh yang jelas. Sekolah D memberikan penghasilan yang memadai untuk kehidupan sehari-hari gurunya. Namun demikian, mengajar di sekolah D butuh kerja keras yang sangat maksimal. Datang harus setengah jam sebelum mulai mata pelajaran, harus datang setiap hari, dan pulangnya jam 4 sore seperti kerja di kantor.
Setiap hari, harus memeriksa pekerjaan siswa, menyiapkan rencana pengajaran, dan mengikuti rapat evaluasi. Selain itu, banyak tugas penelitian yang menumpuk dan harus diselesaikan, sehingga rasanya tidak ada waktu untuk bersenang-senang. Selalu saja ada tugas yang diberikan sekolah.
Sebaliknya, sekolah Z memang memberikan penghasilan yang bisa dibilang hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tetapi, mengajar di sekolah Z diberikan kebebasan untuk masuk hanya pada jam mengajar. Tidak terlalu ketat dalam disiplin waktu, dan tidak banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Banyak contoh lain yang bisa dikemukakan, yang pada intinya, setiap sekolah mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika didaftar kekurangan yang dimiliki sekolah, tentu tidak ada habisnya. Karena itu, sebagai guru, kita dituntut untuk berpikir bagaimana dengan kekurangan yang ada mampu membuat berbagai kreativitas dan inovasi dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian, kita akan terbiasa bekerja tidak hanya pada sekolah atau lembaga pendidikan yang penuh dengan fasilitas yang dimilikinya, tetapi juga mampu tetap kreatif dengan berbagai kondisi fasilitas sekolah yang ada. Justru kemampuan dan kreativitas kita diuji apakah kita mampu mengembangkan diri dengan baik di berbagai situasi atau tidak.