Hidup itu berkarya, berprestasi dan berkontribusi.
Begitulah motto hidup Gloria Morgen yang dituangkan dalam semua prestasi yang ia raih selama ini.
Gloria adalah seorang pembicara dan penulis. Jika kamu bertanya apa saja prestasi yang sudah ia torehkan, wah banyak!
Dia adalah wakil Indonesia pada Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) di Amerika Serikat pada tahun lalu. Ia juga merupakan Top 32 Anak Muda Inspirasional di Indonesia dari United Nations Population Fund (UNFPA) pada tahun 2015 lalu.
Gloria memberikan dampak positif melalui Glow for Indonesia, organisasi sosial yang dibentuknya sejak 28 Oktober 2012. www.glowforindonesia.org.
Gloria menuturkan bahwa pengalaman menjadi Delegasi Indonesia di International Youth Peace Ambassador Conference 2013, di Thailand, merupakan pengalaman yang sangat luar biasa.
“Saat itu, saya mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan project saya. Betapa senangnya, para peserta puas dengan cara presentasi saya yang katanya penuh semangat itu. Bahkan mereka bertanya, apakah semua orang Indonesia seperti saya?”
Ia pun merasa sangat senang memberikan kesan positif bagi Indonesa di depan para delegasi dari berbagai negara.
Gloria adalah lulusan terbaik Teknik Kimia di Universitas Parahiyangan, Bandung. Tetapi, dia juga mampu berprestasi di bidang yang lain, contohnya kompetisi sosial bisnis.
Salah satunya Juara Pertama Social Entrepreneur AIESEC Universitas Indonesia 2013 dan pernah mendapat undangan resmi dari Datuk Stella Chin seorang miliuner yang mendunia, untuk mengunjungi perusahaannya di Malaysia, pada 2016.
Selain itu ia piawai juga menjadi pembicara, salah satunya dalam event Konferensi Internasional South East Asian pada tahun 2016.
Memiliki segudang prestasi, wanita kelahiran Palembang, 10 November 1991 ini juga aktif menulis. Baginya buku merupakan sarana sharing yang melampaui ruang dan waktu.
“Buku juga menjadi bukti bersejarah, bahwa saya pernah ada di dunia ini,“ tuturnya.
Untuk menyalurkan pesan positif kepada generasi muda, Gloria menulis buku pertamanya: “Untold Stories of College Life”, yang sudah terbit pada Oktober 2015. Buku ini bercerita bagaimana ia mengalami pelajaran hidup selama masa kuliah dan penemuan jati diri yang diceritakan dalam bentuk fiksi.
Buku keduanya terbit pada November 2016 lalu, berjudul “Unstoppable Hopes”, yang diterbitkan oleh Gramedia. Menurut Gloria, buku itu bisa menjadi sebuah panduan bagi mereka yang salah mengambil jurusan kuliah, agar memperoleh hidup yang maksimal.
Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan lampiran liputan hasil wawancara orang-orang Indonesia yang telah berhasil sekalipun mereka salah jurusan, seperti Dewi Lestari (Penulis buku Supernova), Gunawan Susanto (CEO IBM), Livi Zheng (Sutradara yang berhasil masuk nominasi Piala Oscar), Billy Simpson (Penyanyi dan pemenang “The Voice” Indonesia), Natasha Alexandra (Entrepreneur Gulaco), dan Diana Rikasari (Fashion Blogger).
Bagi seorang Gloria Morgen, prestasi merupakan sebuah sertifikasi atau “alat” yang membuatnya dapat memberikan dampak positif lebih luas lagi.
Artinya, dengan sebuah sertifikasi di bidangnya, ini merupakan alat agar ia bisa dipercaya dengan orang dan dapat berbuat lebih banyak lagi dengan kepercayaan orang lain.
Bagaimana sih ia bisa meraih semuanya?
Gloria menuturkan bahwa ia memulainya dengan membuat target-target kecil terlebih dahulu. Kemudian setiap target itu ia buatkan deadline yang visible untuk dicapai.
Ketika sudah tercapai, maka akan membuat target baru, yang lebih besar dan lebih menantang. Maka tanpa terasa, jumlah prestasi yang ia raih sampai hari ini begitu sangat luar biasa.
Apakah semuanya berhasil? Jawabannya tidak.
Kegagalan juga pernah dialaminya. “Saya harus menelan kegagalan sebanyak 38 kali, tapi saya terus mencoba hingga yang ke-39 kalinya, saya berhasil meraih prestasi yang pertama, pada November 2012.
Setelah itu, untuk meraih prestasi kedua, saya tidak perlu gagal sebanyak 38 kali, saya gagal belasan kali saja. Untuk meraih prestasi ketiga, saya gagal, tidak sampai sepuluh kali.
Lama-lama, jumlah kegagalan saya berkurang. Saya semakin mengenal kekuatan diri saya dan terus belajar untuk memaksimalkannya,” dia bercerita. Ia memiliki keteguhan untuk mencoba lebih besar lagi.