Satu lagi makanan unik diciptakan di Banyuwangi, Jawa Timur, yaitu nata de fish yang terbuat dari sari ikan.
Temuan tim peneliti dari Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba) itu berkat kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) Banyuwangi yang tahun ini mendanai 15 penelitian perguruan tinggi untuk pembangunan daerah.
Ketua tim penemu Nata de Fish, Any Kurniawati mengatakan pertama kali tercetus Nata de Fish saat pihaknya mengumpulkan ide mahasiswa untuk diikutkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kemenristekdikti.
"Tapi terealisasikan ketika kita melakukan penelitian bekerjasama dengan Bapedda Banyuwangi ini. Nah, perbedaan Nata de Fish dibandingkan Nata de Coco adalah proteinnya yang sangat tinggi, yaitu 46 persen," kata Any, sapaan Any Kurniawati di kantor kerjanya, Rabu (28/12/2016).
Penelitian yang juga melibatkan Nadya Adharani, Sulistiono dan Megandhi Gusti Wardhana sebagai anggota peneliti ini dilakukan sekitar 6 kali hingga akhirnya berhasil.
Ani menjelaskan, bahan utama pembuatan nata de fish adalah air rebusan ikan dari pabrik pengalengan ikan yang ada di Muncar.
Air rebusan ini sebenarnya limbah karena sudah tidak dipakai oleh pabrik. Namun karena masih mengandung banyak protein, Any dan timnya mencoba mengolah air tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Untuk membuat nata de fish sebanyak 180 gram bahan yang dibutuhkan adalah 20 ml cairan sari ikan yang dicampur dengan 1 liter air bersih.
Selanjutnya ditambahkan bakteri sebanyak 15 persen, air kemudian diolah seperti halnya mengolah Nata de Coco.
1 Liter air itu jadi 1 loyang seberat 180 gram.
"Kalau langsung, bakteri ternyata tidak kuat mengurai cairan sari ikan. Air kan sudah dipakai merebus ikan berkali-kali, jadi kental sekali, proteinnya banyak, diluar kemampuan bakteri," tambah Any.
Nadya Adharani, salah satu anggota tim peneliti juga menyampaikan, pihaknya sudah memiliki cara jitu untuk menghilangkan bau amis ikan. Sangat sederhana, yaitu dicuci dengan air mendidih minimal 5 kali.
"Setelah itu, kasih sirup bisa langsung dimakan," kata dosen studi Teknologi Hasil Perikanan Uniba itu.
Nadya juga mengatakan, temuan mereka telah diajarkan kepada sebagian warga Kecamatan Muncar. Diharapkan warga Muncar memiliki variasi produk yang selama ini hanya membuat terasi dan petis saja.
Selain itu, Uniba juga berencana memproduksi Nata de Fish dalam jumlah besar disertai pengurusan izin produksi makanan. Nata de Fish juga menjadi materi mata kuliah bagi mahasiswa program studi Teknologi Hasil Perikanan Uniba.