BANYAK pebasket sukses di lapangan dan berhasil pula menyelesaikan studi. Salah satunya adalah Rakhmad Widodo.
Mantan pemain andalan CLS Surabaya dan Bhineka Solo ini menyelesaikan studi di dua fakultas, ekonomi dan hukum Universitas Airlangga.
“Di fakultas ekonomi saya selesaikan hingga sarjana, Fakultas hukum saya bisa sampai S2. Magister saya adalah Hukum Ekonomi Syariah,” ceritanya.
Rado, sapaan karibnya saat bermain, akronim dari namanya, memang gemar menuntut ilmu.
Dia juga sempat kuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya serta sebuah perguruan tinggi swasta.
“Semuanya tidak sampai selesai. Di Unesa hanya enam semester. Di ITS ambil D1 Sipil juga tidak selesai,” akunya.
“Hanya jurusan Ekonomi dan Hukum yang tuntas. Insya Allah tahun depan saya ambil Doktor,” paparnya.
Tak sulit membagi waktu sebagai atlet dan mahasiswa?
“Alhamdulillah, semua dinikmati saja. Memang agak susah karena lulusnya jadi molor,” ujarnya tertawa.
“Bagaimana lagi, masih ingin main basket, tetapi juga ingin selesaikan kuliah,” tuturnya.
Rado kini berprofesi sebagai pengacara dan membuka kantor hukum Moelyo Adi Law Office.
“Kantor saya ada di Surabaya dan Jakarta. Hampir tiap minggu bolak-balik Surabaya-Jakarta,” katanya.
“Moelyo Adi artinya Hati Mulia membantu mengadvokasi pencari keadilan,” tambahnya.
Dia mengaku agak telat berlatih bolabasket. “Saya baru latihan basket saat duduk di bangku SMA. Olahraga saya sebelumnya adalah bulutangkis,” katanya.
Tahun 1991, dia sudah berlatih bersama tim CLS yang bermain untuk Kobatama.
“Hanya ikut latihan saja. Baru tahun berikutnya saya masuk dalam tim CLS untuk Kobatama,” kenangnya.
Bergabung dengan CLS berlaga di Kobatama 1992-1998, Rado menjadi andalan bahkan sempat menjabat sebagai kapten.
“Saat jadi kapten CLS, saya sering menjadi MVP di beberapa pertandingan,” katanya.
Tahun 1998 dia hijrah ke Bhinneka Solo. Rado bermain di Bhinneka hingga tahun 2003 dengan prestasi empat kali masuk final.
“Dari penghasilan main basket ditambah bonus empat kali masuk final yang cukup besar, saya bisa beli tanah dan bisnis mini cluster dan kuliah S-2,” kenangnya.
Sempat istirahat sebagai pemain, Rado membantu menjadi asisten pelatih Bhinneka saat tim tersebut ditangani pelatih David Chang asal Tiongkok dan Chang Dae Yung dari Hong Kong.
“Tetapi saya akhirnya pilih main basket lagi. Lebih enak jadi pemain disbanding pelatih,” tuturnya. Tahun 2007-2008, Rado kembali bermain untuk Bhinneka sebelum benar-benar pensiun.***
Sumber: iblindonesia