Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud bersama program kemitraan INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) menggelar Forum Temu INOVASI di Aula Perpustakaan Kemendikbud, Jakarta, Kamis (03/10/2019).
Forum Temu INOVASI kali ini mengusung tema “Kolaborasi dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Siswa Kelas Awal” membahas mengenai pemahaman tingkat literasi siswa SD di Kalimantan Utara (Kaltara) dengan moderator Prof. Fasli Jalal, Senior Strategic Advisor INOVASI.
Adapun pembicara yang hadir dalam forum tersebut adalah Guru SDN Kalimantan Utara, Sabaniah dan Ratihniati; PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKN), Tria Suprajeni; dan Puslitjak Balitbang Kemendikbud, Indah Pratiwi dalam sesi diskusi pertama dengan subtema “Kemampuan Literasi Siswa dan Kisah Praktik Baik Penyediaan Buku di Kaltara”.
Sebagai provinsi termuda di Indonesia, kemampuan membaca siswa SD Kaltara masih rendah. Berdasarkan data Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI), terdapat 60,67 persen siswa kelas 4 SD yang masih kurang dalam literasi membaca.
Hal ini bisa terjadi karena ketidaktersediaan buku menarik dan relevan dengan usia anak.
Dari hasil Survey Inovasi Pembelajaran dan Pendidikan Indonesia (SIPPI) menemukan 85 persen siswa kelas awal suka membaca buku. Sayangnya, 68 persen buku yang dibaca adalah buku pelajaran, 17 per buku cerita dan lainnya.
Data ini didukung dengan Studi Buku Kelas Awal yang dilakukan oleh INOVASI menemukan ada 4.055 judul buku cerita anak yang ada di perpustakaan sekolah, hanya ada 393 judul yang sesuai untuk dibaca oleh siswa kelas awal.
Melihat hal tersebut, INOVASI dan pemerintah kabupaten melakukan peningkatan terhadap kapasitas guru-guru kelas awal dengan melakukan pelatihan Kelompok Kerja Guru (KKG).
Kepala Dinas Pendidikan Malinau, Fureng Elisa Mou menjelaskan kurangnya sumber daya guru dalam memberikan pengajaran mengenai literasi, membuat INOVASI dengan dinas pendidikan dan pemerintah daerah melakukan pelatihan kepada guru-guru.
Hal ini ditujukan kepada para guru yang memang sudah dipersiapkan mengajar literasi dengan benar dan tepat terutama dalam penggunaan literasi digital.
“Sumber daya guru yang memberikan pengajaran khusus dalam literasi itu masih kurang. Dengan ada pengajaran, guru-guru menerima dengan sangat baik,” ungkap Fureng.
Salah satu materi yang dilatihkan untuk para guru dalam KKG adalah melakukan penilaian formatif (formative assessment). Dengan ini, para guru dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui cara mendesain metode dan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
Guru SDN 005 Malinau Kota, Sabinah, dan Guru SDN 023 Tanjung Selor, Ratihniati, merupakan guru yang mengikuti pelatihan mengenai buku digital untuk pembelajaran.
Ratihniati sudah hampir dua tahun bergabung dengan INOVASI. Pada periode pertama, ia diberikan pembelajaran mengenai strategi untuk memberikan metode belajar yang baik bagi para siswa.
Saat ini Ratihniati memulai metode pengajaran kepada siswa dengan menggunakan buku digital. "Saya dulu punya tiga anak yang minat bacanya rendah, tapi sekarang jadi tinggi setelah ada buku digital,” jelas Ratihniati.
Tidak hanya itu, Ratihniati juga mengungkapkan bahwa antusiasme siswa semakin tinggi untuk membaca semenjak adanya pengajaran dan pembelajaran metode digital seperti buku digital.
Dengan kehadiran buku digital, membuat siswa tidak lagi merasakan bosan saat membaca namun seperti menonton bioskop yang didukung dengan penggunaan proyektor.
Sama seperti Ratihniati, Sabinah juga merasakan minat baca siswa meningkat setelah menerapkan metode pembelajaran dengan buku digital.
Awalnya, Sabinah memiliki banyak siswa yang tidak mengenal huruf dan tidak bisa menulis. Pernah satu hari, Sabinah meminta siswanya untuk membaca, namun hanya dalam lima menit anak tersebut sudah selesai membaca.
"Saya cuma lihat gambarnya saja bu," cerita Sabinah.
Namun setelah melakukan metode dengan menggunakan buku digital, siswa didikan Sabinah lebih mudah dalam memahami arti bacaan dan minat baca mulai meningkat.
Pengenalan buku digital sangat membantu untuk meningkatkan literasi membaca siswa. Guru dapat bereksplorasi dalam memberikan penjelasan.
Buku digital merupakan hasil kerjasama INOVASI dengan The Asia Foundation (TAF) dalam program Let's Read.
Buku digital memiliki 250 judul cerita anak yang bisa dipilih oleh siswa sesuai dengan minatnya. Dengan bacaan yang sesuai dengan minat siswa tentu akan mempermudah proses pembelajaran.
Kehadiran buku digital di Kaltara sangat membantu siswa dan masyarakat disana sebab akses penerimaan buku di Kaltara masih cukup sulit. Terutama buku anak non-akademis, seperti buku cerita anak.
Selain metode penggunaan buku digital, Kaltara terutama Kabupaten Malinau juga menerapkan program belajar 16 tahun, yang dimulai dari PAUD hingga SLTA.
Program ini diluncurkan untuk menerapkan jam belajar masyarakat (Jambelmas).
Dalam program ini, masyarakat desa dapat menerapkan program pendidikan masing-masing. Salah satunya dengan membangun Perpustakaan Desa (Perpudes) dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
Nantinya Perpusdes dan TBM dapat bekerjasama dengan SD yang berdekatan untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Namun sayangnya dari total 15 kecamatan baru 4 kecamatan yang dapat didatangi oleh INOVASI, karena sulitnya akses jalur untuk menuju lokasi.
Kedepannya, guru yang sudah mendapatkan pelatihan oleh INOVASI akan dikirimkan ke kabupaten lain untuk memberikan pelatihan.
Kasubdit Adat dan Budaya, Dirjen Pelayanan Sosial Dasar Kementerian Desa, H. Yusra, menyebutkan bahwa pemerintah pusat membantu dalam mengalokasikan dana untuk literasi desa melalui anggaran APBN, dana desa.
Dari dana desa tersebut, anggaran literasi desa berada di dalam anggaran kualitas hidup masyarakat seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Adapun anggaran lainnya digunakan untuk kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan.
Dalam lima tahun terakhir, anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah juga tidak sedikit untuk memenuhi kebutuhan desa.
“Selama lima tahun terakhir, sudah 250 triliun bahkan ke depan kita merencanakan untuk mencapai 400 triliun dalam lima tahun ke depan,” ujar Yusra.
Selain bantuan dari pemerintah pusat, peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam meningkatkan literasi.
Untuk melibatkan masyarakat, INOVASI bekerjasama dengan Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Borneo Tarakan (UBT), Yayasan Litara, dan komunitas OPOB (One Person One Book) untuk mendorong penumbuhan budaya membaca dengan mengembangkan bahan bacaan, penguatan peran perpustakaan, dan peningkatan mutu sekolah.