Jika prosesi pengibaran Sang Merah Putih di istana negara berlangsung meriah, tidak demikian dengan upacara 17 Agustus yang dilaksanakan di lapangan Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Prosesi upacara di sana berlangsung penuh haru lantaran puluhan Paskibraka bertugas sambil berderai air mata. Beberapa hadirin juga tampak hanyut dalam suasana haru tersebut.
Kabarnya para Paskibraka ini menangis karena harus bertugas tanpa mengenakan seragam khusus, melainkan hanya seragam SMA putih-abu biasa. Padahal katanya mereka dapat anggaran khusus dari kecamatan lo! Wah, kok bisa ya? Memangnya apa sih yang sebenarnya terjadi?
Isak tangis puluhan petugas pengibar bendera mewarnai upacara kemerdekaan yang berlangsung di lapangan Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, Sabtu, tanggal 17 Agustus kemarin. Seperti diberitakan Kompas, mereka menangis lantaran harus berbesar hati bertugas tanpa mengenakan seragam Paskibraka.
Jika biasanya Paskibraka mengenakan pakaian serba putih, kemarin Paskibraka di Seram Barat itu hanya memakai seragam sekolah putih-abu saat menjalankan tugas mulia itu. Meski kecewa, tapi mereka tetap menampilkan performa terbaiknya sampai prosesi upacara selesai.
Kekecewaan para anggota Paskibraka ini tertuju pada panitia penyelenggara upacara yang notabene merupakan pihak kecamatan. Padahal menurut salah satu anggota Paskibraka, dalam sesi latihan mereka dijanjikan akan diberi seragam. Tapi, hingga H-1 pelaksanaan, seragam tak kunjung datang. Alhasil, mereka terpaksa menggunakan seragam SMA saat bertugas mengibarkan bendera.
“Kami hanya malu dengan kecamatan lain, mereka menggunakan seragam paskibra, dan kami hanya menggunakan seragam sekolah.” ujar peserta paskibraka.
Tokoh masyarakat Kecamatan Amalatu, Hery Patty, menyatakan kejadian seperti di atas tak ubahnya karena kegagalan camat setempat. Ia menyayangkan kinerja camat yang nggak bisa memberikan fasilitas seragam untuk para petugas upacara. Padahal anggaran untuk kegiatan HUT RI di kecamatan tentu sudah disiapkan oleh pemerintah kabupaten.
Dalam keterangan lain dari warga setempat, Ebhil Pattimura, katanya kejadian semacam ini bukan baru sekali terjadi melainkan sudah sejak 2011. Ia juga mengaku kecewa karena harusnya fasilitas itu diberikan oleh pihak kecamatan bukan dibebankan ke anggota.
Adaweya Wakano, Camat Amalatu, justru menjelaskan kalau pihaknya nggak punya anggaran untuk membiayai seragam Paskibraka. Katanya, saat pihak sekolah minta pembiayaan seragam ke kecamatan, waktunya juga sudah terlalu mepet. Sempat ada kesepakatan kalau anggota Paskibraka akan menyewa seragam dan nanti biayanya akan ditanggung kecamatan. Namun karena waktunya tinggal beberapa hari dan yang terjadi hanya tarik ulur, akhirnya disepakati kalau hanya 8 orang anggota Paskibraka yang memakai seragam, sedangkan sisanya pakai seragam SMA.
Menurut informasi yang beredar, setiap tahunnya kecamatan mendapat dana Rp17 juta untuk kegiatan HUT RI, padahal kalau dari pengakuan Adaweya, hal tersebut nggak benar.
Terlepas dari mana informasi yang benar, semoga tahun depan persiapan upacara kemerdekaan di sana bisa jauh lebih matang ya!