Derasnya hujan menjadi saksi tragedi hari itu di Sleman, DI Yogyakarta. Sungai Sempor yang biasanya tenang berubah menjadi ganas tanpa ampun. Aliran airnya menghanyutkan ratusan siswa SMPN 1 Turi yang tengah melakukan susur sungai pada Jumat 21 Februari lalu. Sepuluh di antara mereka pun tewas akibat musibah tersebut. Yang membuat orang bergidik ngeri, jumlah itu bisa saja bertambah seandainya warga sekitar tak bergerak menyelamatkan
Adalah Kodir, salah satu warga yang berjasa menyelamatkan puluhan siswa peserta pramuka. Awalnya, Kodir mengira Jumat itu akan berlangsung seperti hari yang biasa. Dia hendak berangkat memancing dari rumahnya. Pria berusia 37 tahun itu pun menempuh perjalanan ke Sungai Sempor yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer. Namun hal mengejutkan terjadi saat dia hampir mencapai lokasi. Berikut ini adalah artikel hasil wawancara dengan sang pahlawan, Bapak Kodir.
Sekitar pukul 3 sore, Kodir sampai di Sungai Sempor yang telah diliputi suasana mencekam. Banyak remaja berseragam pramuka yang hanyut terbawa arus. Mereka berteriak-teriak minta diselamatkan. Ternyata mereka adalah 257 siswa SMP 1 Turi yang melakukan susur sungai sebagai bagian dari kegiatan pramuka. Awalnya, kegiatan berlangsung dalam kondisi yang aman karena cuaca masih cerah. Namun mendadak, hujan turun hingga membuat air dari hulu “tumpah” dan menghanyutkan mereka secara tiba-tiba. Diketahui kedalaman air saat itu mencapai dua meter.
Sejumlah warga tiba terlebih dulu dibanding Kodir. Mereka berusaha menyelamatkan para korban dari tepian. Namun karena kondisi begitu mengancam, belum ada yang berani terjun langsung ke sungai. Saat itulah Kodir diliputi refleks yang luar biasa.
“Sesama manusia kan perlu saling tolong-menolong. Ikhlas, dari hati saya, untuk menolong anak-anak yang jadi korban,” kata Kodir
Dengan berani, Kodir berenang ke arah para siswa yang hanyut. Dia menggapai tubuh satu orang dan membawanya ke tepian. Di sanalah warga sekitar berusaha melakukan pertolongan pertama. Lantas Kodir kembali ke tengah sungai dan berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin orang. Kondisi para siswa itu sungguh memilukan. Suara teriakan mereka tak jelas akibat mulutnya terpaksa menelan air, sedangkan tangan mereka menggapai-gapai supaya tak tenggelam.
Kondisi semacam itu bisa membuat orang paling berani sekalipun gemetar ketakutan. Namun tidak bagi Kodir. Dia berusaha tetap tenang agar bisa menyelamatkan orang-orang. Mendadak tubuhnya punya tenaga ekstra. Lebih dari dua jam, Kodir bolak-balik menyelamatkan orang dari sungai. Keberaniannya mendorong warga sekitar turun langsung ke sungai juga. Mereka pun saling membantu. Seorang warga bernama Mbah Diro (71), menyerahkan dua buah tangga panjang pada Kodir yang digunakannya sebagai jembatan penyelamat bagi para korban hanyut.
“Saya sedih karena nggak bisa nyelametin semua,” kata Kodir dengan pandangan mengawang.
Setelah bergelut menyelamatkan korban di Sungai Sempor sampai sekitar pukul 17.30, Kodir pulang sejenak ke rumahnya untuk beristirahat. Lantas dia kembali ke sana lagi untuk memantau keadaan. Ternyata daerah sekitar Sungai Sempor masih dipenuhi warga dan petugas penyelamat, sebab masih ada beberapa orang yang belum ditemukan. Pada akhirnya, ada sepuluh siswa yang dinyatakan meninggal dunia akibat tenggelam di sana.
Kodir merasa sedih mengetahui kabar tersebut. Walau telah berhasil mengamankan 20-30 siswa, dia berharap bisa menyelamatkan semuanya. Namun orang-orang berusaha menghibur Kodir. Sebab perjuangan dan keberaniannya sore itu begitu berharga. Berkat Kodir, puluhan remaja masih bisa menjalani kehidupan mereka sampai detik ini. Terima kasih, Pak Kodir. Jasamu luar biasa!