Banyak anak yang cenderung kehilangan minat dan gairah belajar saat harus berhadapan dengan soal matematika. Apalagi jika dihadapkan dengan ujian matematika yang berakhir dengan nilai buruk.
Teguran dari guru dan orangtua pun membuat anak makin 'stres' saat berhadapan dengan matematika. Kondisi ini seringkali membuat anak jadi kian membenci pelajaran penuh angka ini. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
" Anak merasa frustasi dan 'kalah' saat berhadapan dengan soal matematika. Mereka tidak memahami soal tersebut, itu masalah utamanya. Tapi ada hal yang lebih besar yang jadi pemicunya yaitu karena anak tidak punya cukup waktu untuk menguasai materi sebelumnya," ujar Liz Nieman, seorang praktisi pendidikan, seperti dikutip dari Today Parents.
Matematika adalah pelajaran yang rumit, mengharuskan anak untuk benar-benar menguasai materi sebelumnya, sampai pindah ke tingkat yang lebih rumit. Anak tidak akan bisa memahami soal pengurangan sampai ia mengerti soal pertambahan.
" Begitu juga soal pembagian. Anak akan sulit memahami konsep pembagian sebelum benar-benar paham konsep perkalian," ujar Nieman.
Orangtua memang harus turun tangan untuk membantu anak dalam menghadapi kekurangannya dalam pelajar matematikan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah perhatikan nilai matematika anak jika memang termasuk sangat rendah dalam batas 'lulus dan tidak lulus' atau 6, sebaiknya buat ekstra tambahan pelajaran.
Bisa dengan Anda sendiri di rumah mengajarkannya tiap tahapan, mulai dari pertambahan, pengurangan, perkalian hingga pembagian. Hal terpenting adalah anak menguasai konsep dasar. Jika memungkinkan, tak masalah juga menyewa guru privat. Tapi pastikan guru tersebut bisa menyesuaikan gaya belajar anak.