Bumi sudah ada sejak 4,4 milyar tahun yang lalu, dan makhluk hidup ada 3,7 milyar tahun yang lalu. Manusia? Peradaban manusia baru ada kira-kira 12.000 tahun yang lalu.
Dibandingkan dengan bumi dan makhluk hidup lainnya, sudah tentu kita kalah dalam hal pengalaman.
Kita masih amatir.
Dan sebagai seorang amatir, meniru ahli adalah langkah terbaik yang pernah ada.
Makhluk hidup telah telah mengalami berbagai macam kondisi dan berevolusi dari waktu ke waktu. Dari yang semula ada di lautan, lalu berpindah ke daratan, dan lalu muncul evolusi makhluk hidup yang dapat terbang.
Tanpa ada gambaran makhluk hidup yang bisa terbang, sulit kiranya bagi manusia untuk membayangkan sesuatu bernama terbang. Tidak mungkin, pikir manusia.
Beruntunglah karena ada burung, gambaran itu dapat muncul di benak kita.
Manusia menirunya dengan membuat sayap seperti burung. Tapi, versi awal sayap ini tidak bisa membuat manusia bisa terbang… hanya memperlambat waktu jatuh selama lima belas detik.
Penyempurnaan terus dilakukan, dan wujud burung yang tepat untuk manusia adalah pesawat seperti yang kita kenal saat ini.
Teknologi terus maju, pengembangan teknologi pada pesawat makin canggih… tapi harapan untuk bisa terbang secara mandiri seperti burung masih menjadi angan penting dalam diri kita.
Belajar terbang pada burung
Pada semua benda terbang, ada empat gaya utama yang bekerja:
Weight atau gaya berat
Lift atau gaya angkat
Thrust atau gaya dorong
Drag atau gaya hambat
Maka untuk dapat terbang dengan baik, kita harus mengotak-atik empat gaya itu menuju kondisi yang optimal.
Burung Elang adalah salah satu acuan mendasar bagi manusia untuk belajar terbang, dan menjadi acuan kita dalam mengotak-atik empat gaya di atas.
Burung elang, dengan semua kehebatannya, mewakili tiga hal penting ini: kecepatan, bentuk sayap, dan kemampuan terbang.
Pada saat lepas landas, sebagaimana burung elang, pesawat mengurangi sebanyak mungkin hambatan angin, menggunakan kekuatan penuh dan sudut yang tepat untuk mengudara.
Pada fase jelajah, pesawat memanfaatkan kondisi alam seperti jetstream, mengurangi Vortex di ujung sayap, dan penggunaan sayap yang flexibel untuk membantu terbang lebih efisien.
Sementara pada saat mendarat, pesawat membuka sayap dengan sudut tertentu (dengan flap atau slat), mereduksi kecepatan sesuai kebutuhan dan memperbesar drag agar mendapatkan pendaratan yang terkontrol.
Desain pada pesawat pun dibuat dengan memanfaatkan prinsip yang ada pada burung elang. Salah satunya yaitu winglet atau sharklet, lekukan kecil pada ujung sayap pesawat, yang bentuknya meniru desain pada burung elang.
Penggunaan winglet yang keliatan sederhana ini memiliki manfaat yang banyak, yaitu: konsumsi bahan bakar yang lebih hemat, jarak tempuh lebih jauh, ketinggian jelajah serta pengendalian yang lebih baik