Kebutuhan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara, terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Ironisnya, hal tersebut tidak dibarengi dengan stok cadangan minyak bumi yang memadai. Sebagai upaya mengatasi kebutuhan energi yang semakin menipis tersebut, diperlukan solusi mendesak.
Salah satu upaya yang dilakukan tim peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang terdiri dari Rodiah Nurbaya Sari, Sugiyono, dan Luthfi Assadadadalah yang memanfaatkan bioetanol berbasis lignoselulosa dari limbah agar sebagai bahan baku bioetanol.
Temuan tersebut setidaknya menjadi solusi dalam menjawab persoalan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan ancaman kerusakan lingkungan.
Apalagi, kekayaan Indonesia yang berlimpah sumber daya hayati, termasuk mikroorganisme, sangat memungkinkan untuk pemanfaatan biomasa/lignoselulosa menjadi bioetanol yang sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal.
Lignoselulosa merupakan komponen organik di alam yang berlimpah, terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Lignoselulosa ini pun dapat diperoleh dari bahan kayu, jerami, rumput-rumputan, limbah pertanian/hutan, limbah industri (kayu, kertas) dan bahan berserat lainnya.
Kandungan dari ketiga komponen lignoselulosa bervariasi tergantung dari jenis bahannya.
“Teknologi yang mengkonversi biomasa/lignoselulosa menjadi bioetanol merupakan teknologi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena memanfaatkan bahan limbah sebagai bahan baku,” ujar Rodiah Nurbaya Sari, yang merupakan peneliti dari loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan, Balitbang KP ini.