Pada umumnya, ketika kita memikirkan tentang zaman kuno, kita cenderung membayangkan teknologi lawas, sains aneh, dan mungkin piramida.
Dari evolusi manusia sampai ke teori Big Bang, rupanya begitu banyak ilmu pengetahuan modern yang telah diprediksi sejak masa silam dan gagasan itu hidup lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
Bahkan tanpa teknologi canggih, pengetahuan, dan kemampuan eksperimental yang sudah ada di era kini, entah bagaimana, perkiraan tersebut muncul dengan tepat.
Dari atom hingga evolusi, berikut 5 ramalan kuno yang muncul sungguhan pada masa kini, seperti dikutip dari Wonderslist, Jumat (8/11/2019).
Ilustrasi proses fusi nuklir yang membentuk inti deuterium, yang terdiri dari proton dan neutron, dari dua proton. Positron (e +) - elektron antimateri — dipancarkan bersama dengan elektron neutrino. (Public Domain)
Pada abad kelima Sebelum Masehi, seorang lelaki Yunani bernama Leucippus memiliki gagasan yang agak mencolok: "Segala sesuatu di alam semesta yang terlihat terbuat dari partikel-partikel kecil yang tak terpisahkan."
Mereka yang mendukung gagasan ini termasuk filsuf terkemuka Democritus yang kemudian dikenal sebagai Atomists. Mereka percaya bahwa semua objek dibentuk dari dari potongan-potongan kecil materi yang disebut "atom." (Dalam bahasa Yunani kuno, atomos artinya "tidak dapat dibagi").
Selain itu, mereka juga berpikir bahwa atom yang berbeda menciptakan bahan yang berbeda pula. Benda-benda kuat seperti besi terbuat dari atom-atom yang kuat, sementara air terbuat dari atom-atom yang licin.
Gagasan mendasar ini muncul pula di India pada Abad ke-6 SM. Waktu itu, tiga agama paling populer di wilayah itu, yakni Buddha, Jainisme, dan Hindu, semuanya memiliki doktrin berbeda tentang bagaimana atom-atom ini berinteraksi dengan dunia dan bagaimana atom terbentuk.
Namun, ketiga keyakinan tersebut tetap memegang tesis sentral, yang mengemukakan bahwa partikel-partikel elementer ini ada.
Setelah Aristoteles menjadi terkenal di dunia filosofis dan ilmu pengetahuan, segala pembahasan mengenai atom "memuai" begitu saja, seolah memudar menjadi ketidakjelasan.
Akan tetapi, 2.000 tahun kemudian, seorang pegawai kantoran berusia 26 tahun bernama Albert Einstein akhirnya membuktikan keberadaan atom pada 1905.
Ilustrasi macan tutul (iStock)
Pada Abad ke-5 SM, seorang filsuf Sisilia bernama Empedocles menulis tentang asal-usul spesies.
Dia memiliki beberapa ide yang akan terasa sangat aneh bagi pembaca modern, misalnya, gagasan bahwa lengan, kaki, dan organ-organ tiap binatang digunakan untuk muncul dari dalam Bumi, kemudian kawin untuk menghasilkan hibrida makhluk-makhluk aneh.
Sedangakn untuk makhluk-makhluk yang "salah kawin", mereka tidak dapat berkembang biak dan akhirnya mati. Hanya mereka yang beruntung yang lahir dengan anggota tubuh yang benar, dalam urutan yang benar dan akan bertahan dan terus menjadi hewan yang kita lihat hari ini.
Teori tersebut didokumentasikan sebagai upaya pertama untuk menggambarkan penciptaan kehidupan tanpa "seorang perancang" dan pendahulu teori evolusi Darwin tentang seleksi alam: hanya yang terkuat yang paling mampu bertahan hidup.
Asal usul pembentukan alam semesta menurut Teori Big Bang (NASA/WMAP Science Team)
Beberapa orang memuji Stephen Hawking (mendiang) lantaran gagasan mengenai Big Bang atau Dentuman Besar --awal mula terbentuknya alam semesta.
Akan tetapi, tahukah Anda bahwa teori itu hampir 3.000 tahun silam sudah ada di era India kuno? Dalam Rig Hindu Veda, tertulis bahwa seluruh alam semesta terkandung dalam Brahmanda, telur kosmik. Semua ruang, materi, dan ciptaan ada di bidang ini.
Alam semesta meluas dari satu titik, Bindu, dan pada akhirnya akan runtuh ke satu titik yang sama.
Ilustrasi Bumi (NASA)
Salah satu filsuf pertama yang mengenalkan Bumi bulat adalah Thales of Miletus, yang lahir di Ionia pada Abad ke-7 SM. Dia sering dianggap sebagai Bapak Filsafat Alam (cabang ilmu filosofi yang membuka jalan bagi ilmu pengetahuan modern seperti yang kita kenal sekarang).
Dia menyelidiki prinsip-prinsip yang mengatur penciptaan, mempertanyakan mitologi Yunani tradisional, dan berusaha menemukan penyebab dan asal usul alam semesta.
Salah satu gagasan kunci yang dikaitkan dengan Thales adalah Bumi yang berbentuk seperti bola --bukan datar. Ia menggunakan pengetahuannya untuk meneliti gerhana matahari yang membentuk bayangan bulat.
Selain itu, dia juga mencatat bahwa bintang-bintang tampaknya bergerak ketika kita pun bergerak. Jika Bumi datar, kita hanya akan melihat bintang yang sama di langit, di mana pun kita menginjakkan kaki.
Dikatakan bahwa Thales pernah berkonsentrasi begitu keras untuk melacak bintang-bintang, sehingga ia jatuh ke dalam sumur.
Diperlukan lebih dari 1.000 tahun untuk membuktikan bahwa Bumi berbentuk bulat, seperti yang diyakini Thales. Bahkan di zaman modern seperti ini, ada sekelompok orang yang meragukan fakta tersebut.
Charles Darwin. (Sumber Wikimedia Commons)
Kebanyakan orang mengaitkan teori evolusi manusia dengan seorang pria bernama Charles Darwin. Sebenarnya, ide ini sudah ada selama lebih dari 2.000 tahun sebelum Darwin pernah menaiki HMS Beagle --kapal layar yang digunakan sang naturalis untuk keliling dunia antara 1831 dan 1836.
Tokoh pertama yang berteori tentang segala jenis evolusi adalah Anaximander dari Miletus pada Abad ke-6 SM. Dia berpendapat bahwa hewan telah berevolusi dari makhluk di laut.
Dengan menggunakan fosil dan penalaran deduktif, ia menemukan --pada titik tertentu-- manusia beradaptasi untuk hidup di darat dari nenek moyang mereka yang hidup di laut.
Sayangnya, karya yang menuliskan teori ini dibakar, bersama dengan 100 lembar lainnya. Karena itulah, muncul ketidakjelasan selama satu milenium.
Kita hanya mengetahui asal usul ini karena seorang penyair kuno menuliskannya dalam lagu. Suatu hari, seorang pendeta Italia pada Abad ke-14 muncul dan "membawa" teori itu kembali ke pandangan Barat.