Pasar Kotagede, Yogyakarta tidak hanya buka dan ramai di pagi saja. Namun pada sore hari pasar juga dipadati warga yang mencari jajanan dan lauk makan malam.
Pasar Kotagede bagian dalam sejak pukul 15.00 WIB sudah mulai tutup. Namun di bagian depan pasar akan mulai ramai dengan para pedagang yang menjajakan aneka makanan atau lauk pau, jajanan pasar hingga jamu. Mereka berdagang sejak sore pukul 16.00 hingga malam hari.
Ada beberapa menu makanan tradisional yang dijajakan. Di antaranya mangut lele, ayam goreng bacem, buntil talas, buntil ketela, pecel, gudangan, bakmi pentil (mi dari singkong), cap cay, rica-roca ayam, rica-rica koyoran daging sapoi, oseng-oseng kikil, sambal goreng dll. Sedangkan jajan tradisional, seperti putu, cenil, klepon, tempe jadah, wajik ketan juga tersedia.
Para penjual sebagian besar berasal dari wilayah Kotagede dan sekitarnya seperti Banguntapan dan Pleret. Sekitar pukul 17.00 WIB semua penjual makanan sudah menggelar dagangannya. Selain lauk pauk, ada juga penjual minuman seperti wedang ronde, aneka gorengan sepertri tahu, tempe, bakwan, pisang goreng hingga ubi goreng. Sedangkan di pojok timur pasar juga ada menu sate kambing dan sate sapi dengan bumbu sayur lodeh dan ketupat.
Untuk harga bervariatif mulai dari Rp 1.000 - Rp 10.000. Pecel atau gudangan cukup Rp 3.000. Sedangkan gorengan seperti tahu, tempe, gembus Rp 2.000 per 3 buah.
"Rata-rata sampai jam 8 malam, pecel, gudangan sekitar 80 bungkus sudah habis," ungkap salah satu pedagang, Sunarti warga Banguntapan, Bantul.
Sedangkan untuk buntil talas, ketela sehari bisa menghabiskan sekitar 100-an buah. Buntil talas yang paling banyak dicari. Sebab tidak selalu ada setiap hari karena daun talas saat ini sudah sulit didapat dari penyetor.
"Buntil talas yang paling cepat habis. Mangut lele juga banyak dibeli. Harganya Rp 8.000 per ekor," katanya.