Pemerintah Arab Saudi merilis sejumlah foto Hajar Aswad atau Black Stone yang ada di Ka'bah. Foto ini dirilis untuk pertama kalinya.
Foto-foto itu diambil dari berbagai tingkat kejelasan berbeda sehingga dapat menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik dan beresolusi tinggi.
Batu hitam ini dikenal dengan baik oleh sebagian besar umat Islam, khususnya para jemaah haji. Beberapa di antaranya bahkan pernah berhasil mencium batu tersebut. Batu ini memiliki nilai sejarah yang cukup penting dalam perkembangan Islam.
Mengutip laman Islamic and Marks, batu ini dibawa dari Jannah atau surga, yang dipersembahkan khusus untuk Nabi Ibrahim untuk ditempatkan di sudut Ka'bah.
"Batu hitam turun dari surga dan itu lebih putih dari susu, tetapi dosa anak-anak Adam mengubahnya menjadi hitam." (HR Tirmidzi)
Sejarah lain mencatat, dikisahkan Nabi Ibrahim AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk membangun Ka'bah, sebagai tempat ibadah pertama yang dibangun di dunia.
Dalam kitabnya, Qishash al-Anbiyaa', Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim menemukan ada satu ruang kosong untuk menutupi tembok. Ruang kosong itu ditemukan saat pembangunan Ka'bah hampir selesai.
Dari sana, Ibrahim meminta anaknya, Nabi Ismail AS, untuk mencari batu yang bisa digunakan demi menutupi ruang kosong tersebut.
Ismail pun pergi berkelana mencari batu. Di tengah perjalanan, Ismail bertemu dengan Malaikat Jibril yang memberinya sebuah batu hitam (Hajar Aswad) yang paling bagus. Ismail pun menerima batu tersebut dengan senang hati serta membawanya pada sang ayah.
Ibrahim bertanya pada putranya, "Dari mana kamu peroleh batu ini?" Ismail menjawab, "Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu."
|
Keduanya lantas mencium batu hitam tersebut. Kisah ini-lah yang kemudian membuat begitu banyak umat Islam yang menjalankan ibadah haji berharap bisa mencium batu yang terletak di sudut timur Ka'bah tersebut.
Tradisi lain menyebutkan bahwa Hajar Aswad adalah bidadari yang ditempatkan Tuhan di Taman Eden untuk menjaga Adam.
Bagaimana pun asal mulanya, Hajar Aswad memegang peran penting dalam ritual tawaf bagi umat Islam, khususnya jemaah haji. Tawaf merupakan ritual mengelilingi Ka'bah tujuh putar dengan arah melawan jarum jam, meniru tindakan Nabi Muhammad SAW.
Di akhir setiap rangkaian, jemaah melakukan ritual istilah atau mendekati Hajar Aswad untuk kemudian menciumnya di akhir tawaf. Jemaah juga bisa menyentuhnya dengan tangan atau mengangkat tangan ke arahnya sembari melafalkan takbir.
Sepanjang perjalanannya, batu itu sempat dicuri dari Ka'bah sekitar tahun 930 M oleh pejuang Qarmatian. Mereka menggeledah Makkah, menodai Sumur Zamzam dan membawa Hajar Aswad ke markasnya di Bahrain. Sejarawan mencatat, batu itu dikembalikan pada sekitar 952 M ke lokasi aslinya disertai catatan yang berbunyi, "Atas perintah kami mengambilnya, dan atas perintah kami telah membawanya kembali."
Penculikan itu menyebabkan kerusakan lebih lanjut, memecahkan batu menjadi tujuh bagian. Konon, penculiknya, Abu Tahir dikabarkan mengalami nasib buruk.
Untuk melindungi batu yang hancur, penjaga Ka'bah membangun bingkai perak untuk mengelilingi Hajar Aswad.